Kamu adalah apa yang aku tulis , tapi aku adalah yang selalu luput kamu baca

Toad Jumping Up and Down

Minggu, 28 Desember 2014

Dalam bait harianku...



Selamat malam segalaku yang sudah tidak menganggap aku sebagai segalamu...
                Tuhan sangat menyayangiku sayang, meskipun kadang aku sulit untuk mengerti kasih sayang-Nya yang terlalu dalam dan besar itu. Banyak pria diluar sana, akan tetapi entah mengapa kamu yang selalu terlihat berbeda sejak pertemuan itu hingga detik aku menulis ini. Aku tidak sedang mengemis cinta, tidak. Aku hanya ingin orang tau betapa berartinya kamu dihatiku hingga aku mampu menjadikanmu salah satu alasan dari kebahagiaanku.
                Duhai kamu yang namanya selalu ku eja disela – sela do’a, tidakah kamu ingin menanyakan kabarku? Menanyakan kesehatanku? . Tiga minggu belakangan lagi – lagi Allah menunjukkan kecintaan – Nya padaku. Aku diberinya sakit. Segala aktifitas harianku harus terhambat karna kondisi fisik yang kurang bersahabat. Berbagai jenis obat menjadi teman karibku ditiap waktu. Ternyata seperti rasanya hidup dengan bantuan obat – obatan. Bagiku sakit ini belum seberapa sayang, dibanding harus menahan sakit karna berulang kali kehilangan kamu. Ya, kamu... Pria berlian tempatku mendinginkan mata... Sekali lagi maaf sayang, aku sedang tidak mengiba untuk mengharap perhatianmu. Seperti yang sudah kamu tahu, menulis adalah duniaku. Dan itu akan tetap kulakukan sampai habis waktuku. Aku tidak jahat kan? Masih kamu yang lucu yang selalu menjadi topik utama tulisanku.
                Terbukti tidak kalau aku kuat? Aku mampu bertahan dengan ataupun tanpamu. Kalau sakit ini, tak perlu khawatir. Ini hanya bentuk Kasih Tuhan yang selalu mengalir padaku. Seperti inilah aku yang sekarang. Selain memelukmu dalam do’a yang dilapisi kucuran airmata, aku bisa apa? Memaksa kamu agar kamu mau memeluk aku dengan hal yang sama? Sayang, aku tidak sejahat itu. Lalu bagaimana dengan kamu? setelah kamu pergi, sudahkah kamu merasakan cinta dan perhatian sedalam dan setulus yang aku berikan? Maaf, aku hanya takut hukum alam mulai masuk pada kehidupanmu. Aku hanya takut kamu tersakiti oleh sebab yang sama, layaknya aku. Karna Itu sakit sayang. Aku takut kamu tidak mampu bertahan karna kesakitan. Tapi kamu tak perlu risau, aku masih punya dua tangan yang bisa kapan saja kamu genggam kalau – kalau nanti kamu jatuh. Datanglah pada Tuhanmu, dan datanglah padaku jika kamu mau. Nanti aku kasih tahu cara terjitu mengobati luka karna masa lalu...
                Pria bermata sipit dengan senyum fantastik, masihkah kamu merasakan rindu seperti yang selalu aku rasakan. Absurd memang, tapi inilah nyatanya. Nanti, waktu yang akan membuktikan jika aku yang selalu kamu jadikan sebagai pelarian sejatinya lebih tulus dari dia yang selalu kamu utamakan. Nanti, dua sampai tiga tahun lagi saat kamu sudah benar – benar dewasa dan matang. Aku akui, dalam hal ini dia memang lebih beruntung daripada aku. Meski betapapun aku mencoba bertahan dan menjadikan kamu satu – satunya, nyatanya kamu lebih senang menjadikan aku sebagai salah – satunya. Tidak apa – apa sayang, ini mutlak hakmu. Justru aku ingin berterimakasih. Terimakasih untuk sikap dan segala perlakuan nakalmu, sayang. Karenanya sekarang aku jadi mampu hijrah. Hijrah dari wanita manja menjadi wanita bijak yang dewasa. Terimakasih, untuk segala luka, karnanya aku berhasil kembali pada Sang Pemilik yang mutlak kuasai guratan nasibku. Terimakasih karna sekarang aku telah mampu membaluti mahkotaku dengan kain hijab yang lebih besar dari biasanya.  Sayang, aku bahagia. Kamu tahu kenapa? Ya, karna saat ini aku telah berhasil mencintai kamu dengan cara yang benar. Cinta yang aku ikatkan pada Tuhan Sang Maha Cinta. Cinta antara aku, Tuhan dan perasaanku, bukan kamu.  Sebab aku tahu, cintamu sudah tidak tertuju untukku. Tidak masalah...
                Jangan kaget jika suatu hari nanti Tuhan kasih kesempatan untuk kita saling bertatap muka dalam sebuah pertemuan. Jangan kaget, karna aku telah merubah warnaku. Ini pilihanku. Dan aku sangat yakin Tuhan bangga melihatku sekarang. Sekarang aku jadi, kebahagiaan adalah ketika aku sebagai perempuan berhasil menjadi istri yang mampu meneduhkan hati suami. Dan tidak ada yang lebih membahagiakan ketika aku sebagai perempuan berhasil menjadi seorang ibu yang anggun dalam kesederhanaan. Ibu yang tidak memberangkatkan anak – anaknya dari kesombongan diri, akan tetapi menjadikan mereka sebagi pribadi – pribadi yang berlandaskan dengan kerendahan hati. Suatu saat nanti...
                Sayang, aku sudah merasakan bagaimana nikmatnya berdekatan dengan Tuhan, dan aku tidak mau lagi untuk beranjak dari sisi – Nya meski hanya satu derap langkah saja. TIDAK ! Aku selalu merapalkan do’a, agar Tuhan berkenan memberikan kesempatan padaku agar aku mampu membentangkan sajadah  untukmu. Aku berdo’a supaya Tuhan berkenan memberikan kesempatan padaku agar aku bisa merasakan seperti apa rasanya menjadi makmum dalam sholatmu serta mengamini do’a – do’a yang kamu panjatkan. Aku selalu meminta pada Tuhan, berharap Tuhan berkenan memberikan cukup waktu agar kita bisa bersama – sama menyempurnakan separuh dari agama kita hingga Tuhan mau melabuhkan segala rasa dalam ikatan suci yang halal tentunya. Sekali lagi maaf sayang jika segala pengharapanku selalu menyakiti kamu. Asal kamu tau, membayangkan untuk bisa membangun kebahagiaan bersama kamu saja sudah menjadi kebahagiaan bagiku, walupun semu. Terkadang, aku ingin menyergap waktu dan memaksanya untuk memutar kembali saat – saat pertemuan awal kita. Tapi aku sadar, itu mustahil.
                Jangan hening sayang. Maaf, jika lagi – lagi aku membuat matamu berkaca – kaca. Mendekatlah, duduklah disampingku biar aku usap airmatamu dengan tangan mungilku. Dan jika kamu mau, aku bisa merapatkan jari – jari tanganku disela – sela jemarimu. Aku pastikan semua akan baik – baik saja. Itupun jika kamu mau... Mohon lengkungkanlah semburat bibirmu membentuk senyuman. Tunjukkan senyum terindahmu untukku. Biarkan sejenak aku menatapnya setelah sekian lama tak pernah kurasakan lagi sensasi fantatisnya.
                Ngomong – ngomong, makan apa kamu hari ini? Sudah sholatkah? Bergegaslah menghadap Tuhanmu jika itu belum kamu tunaikan. Oia, bagaimana kabar si kriwil, rambut ikalmu yang dulu tak pernah luput aku usap. Bagaimana dengan pipi tembem dan perut buncit itu? Masihkah menggemaskan seperti waktu dulu? Lalu mata sipit kesayanganku, bagaimana kabarnya? Tidakkah ia rindu ingin menatapku? Ya ya ya... Semua yang ada padamu masih selalu nampak mempesona, sayang.
                Aku lelah, sepertinya aku harus beranjak dan lekas istirahat. Aku dirundung demam lagi, sayang. Maukah kamu membawakan segelas air putih untukku sebagai teman minum obat – obat yang menyebalkan itu? Dan sebelum beranjak, maukah kamu menyematkan selimut bergambar pinokio itu ketubuhku? Aku minta tolong...

                Tenang saja sayang, aku tak akan meminta kamu untuk menemaniku disaat aku terjaga. Karna aku tau, kamu sudah tidak sabar kan ingin menyapa wanita yang sedang menunggumu disana? Aku tau. Besok jika ada waktu, main – mainlah dibloggku. Nanti aku temani kamu ngobrol lewat tulisan – tulisanku. Pergilah untuk dia yang sedang menantimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar