Selamat malam segalaku yang sudah
tidak menganggap aku sebagai segalamu...
Tuhan
sangat menyayangiku sayang, meskipun kadang aku sulit untuk mengerti kasih
sayang-Nya yang terlalu dalam dan besar itu. Banyak pria diluar sana, akan
tetapi entah mengapa kamu yang selalu terlihat berbeda sejak pertemuan itu hingga
detik aku menulis ini. Aku tidak sedang mengemis cinta, tidak. Aku hanya ingin
orang tau betapa berartinya kamu dihatiku hingga aku mampu menjadikanmu salah
satu alasan dari kebahagiaanku.
Duhai
kamu yang namanya selalu ku eja disela – sela do’a, tidakah kamu ingin
menanyakan kabarku? Menanyakan kesehatanku? . Tiga minggu belakangan lagi –
lagi Allah menunjukkan kecintaan – Nya padaku. Aku diberinya sakit. Segala
aktifitas harianku harus terhambat karna kondisi fisik yang kurang bersahabat.
Berbagai jenis obat menjadi teman karibku ditiap waktu. Ternyata seperti
rasanya hidup dengan bantuan obat – obatan. Bagiku sakit ini belum seberapa
sayang, dibanding harus menahan sakit karna berulang kali kehilangan kamu. Ya,
kamu... Pria berlian tempatku mendinginkan mata... Sekali lagi maaf sayang, aku
sedang tidak mengiba untuk mengharap perhatianmu. Seperti yang sudah kamu tahu,
menulis adalah duniaku. Dan itu akan tetap kulakukan sampai habis waktuku. Aku
tidak jahat kan? Masih kamu yang lucu yang selalu menjadi topik utama
tulisanku.
Terbukti
tidak kalau aku kuat? Aku mampu bertahan dengan ataupun tanpamu. Kalau sakit
ini, tak perlu khawatir. Ini hanya bentuk Kasih Tuhan yang selalu mengalir
padaku. Seperti inilah aku yang sekarang. Selain memelukmu dalam do’a yang
dilapisi kucuran airmata, aku bisa apa? Memaksa kamu agar kamu mau memeluk aku
dengan hal yang sama? Sayang, aku tidak sejahat itu. Lalu bagaimana dengan
kamu? setelah kamu pergi, sudahkah kamu merasakan cinta dan perhatian sedalam
dan setulus yang aku berikan? Maaf, aku hanya takut hukum alam mulai masuk pada
kehidupanmu. Aku hanya takut kamu tersakiti oleh sebab yang sama, layaknya aku.
Karna Itu sakit sayang. Aku takut kamu tidak mampu bertahan karna kesakitan. Tapi
kamu tak perlu risau, aku masih punya dua tangan yang bisa kapan saja kamu
genggam kalau – kalau nanti kamu jatuh. Datanglah pada Tuhanmu, dan datanglah
padaku jika kamu mau. Nanti aku kasih tahu cara terjitu mengobati luka karna
masa lalu...
Pria
bermata sipit dengan senyum fantastik, masihkah kamu merasakan rindu seperti
yang selalu aku rasakan. Absurd memang, tapi inilah nyatanya. Nanti, waktu yang
akan membuktikan jika aku yang selalu kamu jadikan sebagai pelarian sejatinya
lebih tulus dari dia yang selalu kamu utamakan. Nanti, dua sampai tiga tahun
lagi saat kamu sudah benar – benar dewasa dan matang. Aku akui, dalam hal ini
dia memang lebih beruntung daripada aku. Meski betapapun aku mencoba bertahan
dan menjadikan kamu satu – satunya, nyatanya kamu lebih senang menjadikan aku
sebagai salah – satunya. Tidak apa – apa sayang, ini mutlak hakmu. Justru aku
ingin berterimakasih. Terimakasih untuk sikap dan segala perlakuan nakalmu,
sayang. Karenanya sekarang aku jadi mampu hijrah. Hijrah dari wanita manja
menjadi wanita bijak yang dewasa. Terimakasih, untuk segala luka, karnanya aku
berhasil kembali pada Sang Pemilik yang mutlak kuasai guratan nasibku.
Terimakasih karna sekarang aku telah mampu membaluti mahkotaku dengan kain
hijab yang lebih besar dari biasanya.
Sayang, aku bahagia. Kamu tahu kenapa? Ya, karna saat ini aku telah
berhasil mencintai kamu dengan cara yang benar. Cinta yang aku ikatkan pada
Tuhan Sang Maha Cinta. Cinta antara aku, Tuhan dan perasaanku, bukan kamu. Sebab aku tahu, cintamu sudah tidak tertuju
untukku. Tidak masalah...
Jangan
kaget jika suatu hari nanti Tuhan kasih kesempatan untuk kita saling bertatap
muka dalam sebuah pertemuan. Jangan kaget, karna aku telah merubah warnaku. Ini
pilihanku. Dan aku sangat yakin Tuhan bangga melihatku sekarang. Sekarang aku
jadi, kebahagiaan adalah ketika aku sebagai perempuan berhasil menjadi istri
yang mampu meneduhkan hati suami. Dan tidak ada yang lebih membahagiakan ketika
aku sebagai perempuan berhasil menjadi seorang ibu yang anggun dalam
kesederhanaan. Ibu yang tidak memberangkatkan anak – anaknya dari kesombongan
diri, akan tetapi menjadikan mereka sebagi pribadi – pribadi yang berlandaskan
dengan kerendahan hati. Suatu saat nanti...
Sayang,
aku sudah merasakan bagaimana nikmatnya berdekatan dengan Tuhan, dan aku tidak
mau lagi untuk beranjak dari sisi – Nya meski hanya satu derap langkah saja.
TIDAK ! Aku selalu merapalkan do’a, agar Tuhan berkenan memberikan kesempatan
padaku agar aku mampu membentangkan sajadah untukmu. Aku berdo’a supaya Tuhan berkenan
memberikan kesempatan padaku agar aku bisa merasakan seperti apa rasanya
menjadi makmum dalam sholatmu serta mengamini do’a – do’a yang kamu panjatkan.
Aku selalu meminta pada Tuhan, berharap Tuhan berkenan memberikan cukup waktu
agar kita bisa bersama – sama menyempurnakan separuh dari agama kita hingga
Tuhan mau melabuhkan segala rasa dalam ikatan suci yang halal tentunya. Sekali
lagi maaf sayang jika segala pengharapanku selalu menyakiti kamu. Asal kamu
tau, membayangkan untuk bisa membangun kebahagiaan bersama kamu saja sudah
menjadi kebahagiaan bagiku, walupun semu. Terkadang, aku ingin menyergap waktu
dan memaksanya untuk memutar kembali saat – saat pertemuan awal kita. Tapi aku
sadar, itu mustahil.
Jangan
hening sayang. Maaf, jika lagi – lagi aku membuat matamu berkaca – kaca.
Mendekatlah, duduklah disampingku biar aku usap airmatamu dengan tangan
mungilku. Dan jika kamu mau, aku bisa merapatkan jari – jari tanganku disela –
sela jemarimu. Aku pastikan semua akan baik – baik saja. Itupun jika kamu
mau... Mohon lengkungkanlah semburat bibirmu membentuk senyuman. Tunjukkan
senyum terindahmu untukku. Biarkan sejenak aku menatapnya setelah sekian lama
tak pernah kurasakan lagi sensasi fantatisnya.
Ngomong
– ngomong, makan apa kamu hari ini? Sudah sholatkah? Bergegaslah menghadap
Tuhanmu jika itu belum kamu tunaikan. Oia, bagaimana kabar si kriwil, rambut
ikalmu yang dulu tak pernah luput aku usap. Bagaimana dengan pipi tembem dan
perut buncit itu? Masihkah menggemaskan seperti waktu dulu? Lalu mata sipit
kesayanganku, bagaimana kabarnya? Tidakkah ia rindu ingin menatapku? Ya ya
ya... Semua yang ada padamu masih selalu nampak mempesona, sayang.
Aku
lelah, sepertinya aku harus beranjak dan lekas istirahat. Aku dirundung demam
lagi, sayang. Maukah kamu membawakan segelas air putih untukku sebagai teman
minum obat – obat yang menyebalkan itu? Dan sebelum beranjak, maukah kamu menyematkan
selimut bergambar pinokio itu ketubuhku? Aku minta tolong...
Tenang
saja sayang, aku tak akan meminta kamu untuk menemaniku disaat aku terjaga.
Karna aku tau, kamu sudah tidak sabar kan ingin menyapa wanita yang sedang menunggumu
disana? Aku tau. Besok jika ada waktu, main – mainlah dibloggku. Nanti aku
temani kamu ngobrol lewat tulisan – tulisanku. Pergilah untuk dia yang sedang
menantimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar