Selamat
senja duhai pendidik dengan senyum fantastik
Selamat
menikmati secangkir kopi bersama suasana yang kian sepi
Selamat
menyantap potongan – potongan kue salju nan lucu
Malam
ini sebut saja aku pengganggu
Pengganggu
segala aktifitas malam mu
Pengganggu
yang datang tak tau waktu
Duhai
bapak ibu yang berilmu...
Jika
engkau mau, baca saja rangkaian puisi ditulisan usangku
Isinya
lebih dari sekedar cinta
Tapi
aku janji tak akan membuat bulir airmatamu jatuh karena tabiatku
Jadi
tak perlu engkau siapkan tissue
Tetaplah
duduk manis disudut sofa bercorak bunga kamboja
Sembari
menyaksikan aku yang bermain dipusara aksara – aksara
Aku
tidak bermaksud mengguruimu
Dahulu...
dibangku itu...
Engkau
menahkodaiku berlayar mangarungi lautan ilmu
Berdayung
pena
Bersampan
buku
Hingga
menepilah aku dilabukan pertamaku
Meninggalkanmu
didermaga bersama sejinjing kenangan penuh warna
Berat
langkahku teriring airmata yang enggan kering
Memasuki
gerbang baru bertajuk perjuangan
Pada
perpisahan kala itu, ada semburat senyum bahagia yang tersirat
Juga
disertai tangis kehilangan yang melengking
Duhai
bapak ibu penegak tiang – tiang bangsa...
Lihatlah
aku...
Lihatlah
aku yang telah mencoba memaknai janji – janji bakti
Tentang
arti perjuangan juga balas budi
Barangkali
tak sesuai harapmu
Tapi
inilah mampuku...
Mengungkap
seuntai haturan terimakasihku lewat kata yang semu
Wahai
bapak serta ibu guru...
Terimakasih
untuk lilin yang kau nyalakan diruang gelap fikiranku
Terangnya
membuat aku jadi tau kemana langkahku pergi dan dimana harusku kembali
Terimakasih
untuk segenap sambut lembutmu
Karenanya
kudapati ada hangat yang menjalari rangkaian mimpi
Terimakasih
untuk seluruh munajat do’a yang engkau panjat diusai sujud sholatmu
Duhai
pejuang pemupuk tunas – tunas baru...
Terimakasih
telah mengenalkanku pada huruf – huruf unik yang kini menjadi teman untukku
ketik
Terimakasih
telah mengajariku bagaimana cara menyebut a i u e o dilidah cadelku
Karenanya
aku jadi mampu menulis syair manis ini untukmu
Kulihat
ada garis lengkung terbuka keatas diraut wajahmu
Mengapa?
Terbuktikan?
Aku tidak nakal !
Bapak
ibu guru penebar semangat dipenjuru nadi...
Jarum
jam terus berputar kekanan dan ini sudah larut
Sepertinya
matamu semakin sayu menahan kantuk yang datang merasuk
Tubuhmu
mulai layu setelah seharian mengemban kewajiban
Beranjaklah
dari sofa empuk itu duhai bapak ibu...
Sandarkan
sejenak segala letih dan beban yang menggunung dipundakmu
Aku
sudahi saja bincang ringan diantara kita
Antara
pendidik dan anak didiknya
Terimakasih
atas jamuan pengetahuan yang begitu mengeyangkan
Terimakasih
untuk racikan kesabaran yang kau berikan sebagai bingkisan
Aku
janji akan mematrinya diliang – liang ingatan
Lantas
kupertaruhkan pada kerasnya hidup yang tak berkesudahan
Dekap
hangat dariku...
Sehangat
sampul yang membaluti buku