Kamu adalah apa yang aku tulis , tapi aku adalah yang selalu luput kamu baca

Toad Jumping Up and Down

Selasa, 26 November 2013

Lagi... Tentang kita


Ini bukan yang pertama , duduk sendirian dan memperhatikan beberapa tulisan berlalu - lalang . Setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat , dan entah mengapa sosokmu selalu berada disana . Berdiam dalam tulisan yang sebenarnya enggan aku baca dan kudefinisikan lagi . Ini bukan yang baru bagiku , duduk berjam - jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat . Kekosongan dan kehampaan sudah berganti - ganti wajah sejak tadi , namun aku tetap menundukmencoba tak memperdulikan keadaan . Karna jika aku terlalu terbawa emosi , aku bisa mati iseng sendiri .

Tentu saja kamu tak merasakan apa yang aku rasakan , juga tak memiliki rindu yang tersimpan rapat - rapat . Aku sengaja menyembunyikan perasaan itu , agar kita tak lagi saling mengganggu . Bukankah dengan berjauhan seperti ini semua terasa jadi lebih berarti? Seakan -akan aku tak pernah peduli , seakan - akan aku tak mau tau , seakan -akan aku tak memiliki rasa perhatian . Bagiku , sudah cukup seperti ini , cukup aku dan kamu , tanpa kita .

Kali ini aku tak akan menjelaskan tentang kesepian , aku bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kamu pahami . Karna aku sudah tau , kamu sangat sulit diajak basa - basi , apalagi jika berbicara soal cinta mati . Aku yakin kamu akan menutup telinga dan dan membesarkan volume lagu - lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tak bisa kamu terjemahkan sendiri . Aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita - cerita absurd yang selalu kamu benci . Seperti dulu , saat aku berbicara cinta , kamu malah tertawa . Seperti saat kita masih bersama . Aku berkata rindu namun kamu menulikan telinga . 

Hanya cerita sederhana yang tak ingin kamu dengar sebagai pengantar tidurmu . Kamu tak suka jika kuceritakan tentang airmata bukan? Bagaimana jika kualihkan airmata menjadi senyum pura - pura? Tentu saja kamu tak mau melihatnya . Sejauh yang aku tau kamu selalu memasabodohi sikapku .

Entah mengapa akhir - akhir ini sepi sekali . Aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri . Namun , aku masih saja heran , dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan . Ini tentang kita... Ah sekarang kamu pasti sedang membuang muka tak ingin membuka luka lama . Akupun juga begitu , tak ingin menyentuh bayang - bayangmu yang samar , tak ingin mereka - reka senyummu yang tak seindah dulu . 

Kalau boleh jujur , kata " dulu " begitu akrab diotak , pikiran dan telingaku . Seperti ada sesuatu yang terjadi , sangat dekat , sangat mendalam , sampai - sampai tak mampu terhapus begitu saja oleh angkuhnya waktu dan jarak . Sudah kesekian kali , aku diam - diam menyebut namamu dalam sepi dan membiarkan kenangan terbang mengikuti gelitik manja angin ; tertiup jauh namamu mungkin akan kembali .

Wajah baruku bisa kamu lihat sendiri kan? terlihat lebih baik dan lebih hangat daripada saat awal perpisahan kita . Bicara tentang perpisahan , benarkan memang kita telah berpisah? Benarkah kita sudah saling melupakan? Jika memang ada kata " saling " mengapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? Dan mengapa saat ini kamu tak benar - benar menjauh? Kadang jarak tak menjadi alasan untuk kita saling berbagi . Dalam serba ketidakjelasan , aku dan kamu masih saja menjalani... menjalani sesuatu yang tak harus disebut apa . 

Tidak usah dibawa serius , hanya beberapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah lama sekali datang menghantui . Sejak kamu tak lagi disini . Sejak kamu memilih jalan sendiri , aku malah sering main dengan sepi . Sulit untuk dipungkiri .








Dwitasari_

Senin, 25 November 2013

Selanjutnya kita...


Malam ini , semua tampak lebih berwarna . Aku sudah melakukan banyak hal sendirian , melatih kemandirian . Mungkin , kamu akan terkejut melihat perubahanku , kamu akan menggeleng lebih lama sambil mengamati gerak - gerikku . Aku sudah berbeda sekarang . Atau kalau boleh dibilang , bukan hanya aku , kamu juga berbeda sekarang . Seiring waktu berjalan , semua berubah tanpa persetujuan kita . Tiba tiba saja aku sudah menjadi seperti ini . Dan kamu sudah tak lagi disini . 

Akhirnya , ya memang akhirnya , karna tak akan ada lagi yang terulang . Hari - hari yang dulu aku dan kamu lalui seperti gelembung basah yang sangat mudah pecah . Realita , berbicara lebih banyak , sementara aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh . Apalagi mengharap semua yang telah terjadi bisa terulang kembali . Jika dulu kita begitu manis , entah mengapa sekarang berubah jadi miris . Memang hanya persepsiku saja yang melebih - lebihkan segalanya . Mengingat perpisahan kita yang sulit untuk ditebak sampai aku muak mencari - cari yang kurasa hilang .

Begitu banyak mimpi yang ingin kita wujudkan , kita ceritakan dengan sangat rapi dalam setiap bisikan malam , adakah peristiwa itu tersimpan dalam ingatanmu? Aku berusaha menerima , kita semakin dewasa dan berubah dalam segala . Tapi salahkah aku jika kuinginkan kamu duduk disini , mendekapku sebentar dan kembali menceritakan mimpi - mimpi kita yang lebih dulu rapuh sebelum sempat terwujudkan?

Aku berusaha untuk benafas tanpamu . Nampaknya semua berhasil dan berjalan baik - baik saja . Tapi diluar dugaanku , setiap malam - malam begini kamu sering kembali dalam ingatan , berkeliaran . Pikiranku masih ingin menjadikanmu sebagai topik utama , dan hatiku masih mau membiarkanmu berdiam lama - lama disana . Aneh memang jika aku sering memikirkanmu yang tak pernah memikirkanku . Menyakitkan memang jika harus terus mendewakan kenangan hanya karna masa lalu terlalu kuat untuk dihancurkan .

Beginilah kita sekarang , wahai kamu seseorang bermata sipit . Tak lagi saling bersapa , tak lagi saling bertukar kabar . Semua seperti dulu , ketika kita tak saling mengenal , segalanya terasa asing . Kosong . Apapun yang kita lakukan dulu seperti terhapus begitu saja oleh masa . Hari berganti minggu , minggu segera beranjak menjadi bulan bahkan tahunan , sejak saat itu jantung kita tak lagi mendenyutkan rasa yang sama . 

Dengarkan aku , duhai kamu yang menjadi penambang rindu dihatiku . Inilah kita yang sekarang , berusaha melupakan yang disebut kenangan . Berusaha melawan ketakutan yang disebabkan perpisahan . Siapapun yang lebih dulu berhasil melupakan tak menjamin semuanya benar - benar hilang . 

Aku punya kejutan untukmu , sekarang aku begitu menekuni cita - cita kecilku menjadi seorang penulis . Dan kamu masih tetap menjadi pemeran utama bersama kisah kita ditulisan ini . Adakah kejutan yang ingin kamu tunjukkan padaku?









Dua belas agustus dua ribu dua belas
Dwitasari_

Seratus empat puluh karakter


Untukmu si tokoh utama tulisanku ,

Mungkin kamu sudah baca tulisanku mengenai kesedihan yang pasti kamu fikir terlalu dilebih - lebihkan . Mungkin kamu bertanya mengapa aku begitu mudah menikmati perasaan sedihku kedalam tulisan? Benar kan? Lalu dalam hati kamu akan mengatakan " Dewasalah sayang , seharusnya setelah aku tinggalkan itulah kesempatan kamu bisa belajar banyak hal " Begitu kan?

Jangan dikira aku tidak tau kalau kamu sering membaca tulisanku , pasti diam - diam kamu memperhatikan curahan hati diblogku .Dan saat jam - jam segini kamu sering mengintip akun facebook ku , mencari - cari adakah sosokmu dalam rintihan kegalauanmu? 

Diponsel jadul yang ada disamping laptopku ini , yang hanya bisa menerima telepon dan membaca pesan singkatmu , ada banyak kenangan yang tak bisa kulupakan . Jangan dikira aku sudah melupakanmu . Diponsel ini masih ada pesan singkatmu , masih ada nomor kontakmu . Sayang , kamu pun sebenarnya rapuh kan? Tapi kamu tidak seperti aku yang bisa dengan mudah menunjukkan kerapuhanku pada dunia . Aku yakin kamu tidak akan seperti itu , karna kamu laki - laki dan kamu dituntut untuk menerima semua rasa sakit tanpa harus menunjukkan airmata . Aku memahami itu sayang . Aku juga takkan menyalahkanmu karna perpisahan ini . 

Sebenarnya aku sangat ingin memelukmu kala itu , namun aku takut pada ratusan pasang mata yang menyorot kita . Aku takut dandananku yang lusuh mengotori bajumu dan aku takut aroma tubuhku yang tidak beraroma parfum seperti tubuhmu akan merusak aroma wangi tubuhmu . 

Aku memang kecewa saat kamu memutuskan meninggalkan aku . Tapi aku fikir mungkin saat itu , itulah hal yang terbaik . Jika hal itu tidak terjadi pun aku belum merasa siap menghadapi gemerlapnya kamu . Pasti kamu juga tidak siap menjadi pendampingku . Menjadi kekasih yang kisahnya selalu aku bawa dalam tulisanku . Menjadi kekasih yang kuat begadang dan sedikit mampu membaca fikiranmu . 






Wahai tuan yang menjadi penyebab galauku diseratus empat puluh karakter , meskipun kita tak lagi bersama , maukah kamu sering - sering datang kesini? Supaya kamu tau apa yang sesungguhnya aku cari selama ini? Aku tidak hanya menginginkan kisah kita menjadi bahan tulisanku tapi memang benar adanya , aku menyayangimu .






Dari aku sii gadis yang suka bergalau ria dan kadang tak tau diri _

Sabtu, 23 November 2013

Sepi


Seperti biasanya minggu malam agaknya menjadi malam yang sedikit panjang
Aktifitas dari beberapa orang masih terus berjalan hingga selarut ini
Kupandangi seberang jalan tepat dikostan ku tercinta
Dari balik jendela kamar kudapati beberapa pasang muda - mudi nampak bergandengan tangan 
Dengan raut wajah yang berseri seakan begitu menikmati malam yang menurutku kian sepi

Disudut kanan tepat disamping rumah tinggal sementaraku beberapa putra dan putri sedang asyik berbincang sembari memainkan gitar yang mereka petikan kemudian bernyanyi riang
Aku turut menikmatinya , meskipun sesekali aku juga merasa terganggu
Hiruk pikuk kota yang kutinggali ini semakin malam semakin riuh gemuruh
Entah itu suara kendaraan roda dua maupun roda empat , pun suara teplakan sandal pejalan kaki yang ikut menyemaraki

Jarum jamku menunjukkan lewat tengah malam
Tapi masih saja ada yang mereka lakukan diluar sana
Dihamparan langit malam kota ini ada yang menyembul keluar mengintip malu - malu
Dia rembulan...
Nampaknya dia sedang menertawakanku yang hanya duduk seorang diri diujung malam dengan bintang gemintang
Aku tersipu malu lantas kutundukkan pandanganku 

Memang benar , malam ini dan beberapa hari sebelum malam ini aku sedang dirundung sepi
Kehampaan begitu terasa menyelimuti
Bukan aku tak berteman , hanya saja aku merasa bosan
Aku memandangi temanku yang sudah terlelap sejak tadi , sepertinya ia tertidur pulas
Aku sendiri kebingungan , mengapa sampai lewat tengah malam aku belum juga terpejam

Mataku masih saja bundar , tanpa kantuk sedikitpun
Aku fikir minggu malam ini tak banyak arti
Sebabnya hatiku belum terisi dan terasa sepi
Jejangkrik yang biasanya mengikrikpun tak malam ini tak kudengar suaranya
Yang ada hanya semilir angin yang setia menemaniku 

Aku mengambil mantel rajutan ibuku yang berwarna merah jambu
Kubalutkan ditubuhku yang mulai merasa beku
Dengan harapan dinginku akan segera berlalu
Lagi - lagi aku tak kunjung berhasil mengendalikannya
Aku beranjak dari kamarku kemudian berjalan menuju dapur lalu membuat secangkir kopi hangat
Kunyalakan televisi sembari menikmati kopi khas buatanku

Sunyi semakin terasa dan sepi kian menghampiri
Kuredupkan lampu ruang tengahku 
Kubaringkan tubuhku disofa empuk itu
Kucoba paksa untuk memejamkan mata
Kututupi setengah badanku dengan selimut baruku

Terasa hangat dan kantukku menggelayut rindu
Sejenak aku terpejam 
Tanpa ada siapa - siapa disampingku
Sepi sendiri seorang diri

Sang bayu kapan engkau akan datang menemani senja yang bertabur jingga manis...
Siapapun kamu selalu kutunggu dipusara rinduku...
Segeralah , sebelum hatiku yang hampa tergerus masa...







Minggu ketiga dibulan november , sembari menikmati alunan suara dikomedi putar yang belum juga usai

Puisi ketiga yang dipesan seorang sahabat.... 

Selamat membaca....

Jumat, 22 November 2013

Pertemuan singkat


Aku duduk diantara dua kursi merah yang basah karna diguyur gerimis yang entah berapa banyak jumlahnya 
Yang pasti jutaan ribu gerimis itu mampu membasahi pohon tua tepat disampingku dimana aku duduk seorang diri menantimu
Aku yang berlindung dibawah payung pun turut merasakan kedinginan yang sangat
Disana , aku berteman sepi dengan deru angin yang sesekali memontang - mantingkan rambut ikalku
Aku menggigil dingin sayang...

Betapa aku begitu mengharapkanmu muncul dari ujung jalan itu
Mataku terus menatap nanar meski kabut pekat berusaha menghalangi pandanganku
Aku masih tetap setia duduk manja disudut bangku kayu

Semenjak pertemuan singkat kita beberapa minggu yang lalu aku terus memikirkanmu
Entah pandangan pertama itu serasa membiusku untuk larut dalam semua angan tentangmu
Kamu berhasil membuatku tak berdaya
Tatapan mata itu kian mengganggu daya ingatku
Seolah meronta meminta agar aku tak meluputkanmu dari fikiran juga benakku

Pertemuan kita yang begitu singkat entah mengapa mampu membuat aku terpikat
Dari hitungan hari yang telah berlalu semuanya genap menyimpan memori namamu
Sayang... aku menunggumu...
Aku menantimu berharap kita akan dapat bertemu kembali

Tentang percakapan kita seminggu setalah kita bertemu
Masih segar ditelingaku ketika perkataan akan sebuah kekagumanmu terhadapku
Awalnya aku ragu , tapi aku rasa itu sebuah pertanda mungkin kamu memiliki rasa yang sama
Dari hari kehari yang aku lalui , semuanya sungguh mampu membuatku berbinar
Bahkan aku serasa diingatkan kembali pada masa dimana aku sedang jatuh hati

Tapi sayaaaang... Mengapa tiba - tiba kamu menghilang tak bersua?
Kenapa disaat - saat aku sedang terbang tinggi tiba - tiba kamu patahkan sayapku?
Sayang , lihat aku yang jatuh dan terhempas...
Pipiku baru beberapa hari belakang ini tampak merona
Dan senyumku yang belum lama tersunging
Mengapa kamu tega melenyapkan semua
Pergi menghilang tanpa sedikitpun kabar yang menyapa

Lalu bagaimana dengan aku yang terlanjur menaruh hati padamu?
Kamu... seseorang yang aku anggap berarti nyata - nyatanya pergi tanpa arti
Kamu... seseorang yang aku nanti kini hilang dari hati
Dan kamu sii pencuri hati , selamat karna telah berhasil mempermainkan hatiku
Dan teruntuk kamu seseorang yang pergi tanpa meninggalkan alasan yang jelas , aku harap jika waktunya nanti kamu sudi kembali semoga aku belum berpindah kelain hati...








Puisi permintaan seorang sahabat... Selamat membaca !




Kamis, 21 November 2013

Cinta dalam diam


Saben hari , disiang bolong begini sering kali bayangmu menemui
Mulai dari hanya melintas cepat difikiran hingga meliuk - likuk terbang dalam angan
Terlebih jika senja mulai merangkak pelan menuju malam dimana aku biasa terbaring diperaduan seorang diri
Kadang aku sebal , karna sosokmu datang tak kenal waktu
Sempat terlintas dibenakku yang penuh tanya bagaimana caranya membunuh bayangmu yang kian mengganggu
Tapi itu mustahil , karna segala tentangmu telah berhasil membuatku jatuh cinta dalam diam
Dan karna kamulah penyebab mengapa aku rindu

Sembari tiduran diranjang tepat dikamar mungilku , aku memainkan ponselku
Berbalut rindu yang kian menusuk kalbu yang mulai tersapu oleh dingin yang membeku
Rasanya ingin sekali mengirimkan sebuah pesan pendek barang hanya menanyai kabarmu atau sekadar basa - basi 
Sering juga ingin menghubungimu , bercakap berlama - lama diujung telepon hingga kantukku menjemput
Entahlah , tapi aku sendiri tak punya nyali 
Aku takut pesan dan panggilanku kamu abaikan
Aku takut kamu tidak mempunyai rasa yang sama lantas segala tentangku kamu acuhkan

Ini bukan kali pertamanya aku merasakan jatuh cinta
Namun nampaknya kali ini ada yang berbeda 
Cinta untukmu membelenggu disudut kalbu
Dia : cinta ku enggan menampakkan dirinya
Mungkin malu , mungkin juga ragu
Sebabnya apa aku juga tak tau

Dan semakin hari semakin terasa perbedaannya
Saat aku berhasil curi - curi pandang lewat akun jejaring sosialmu , diberanda dimana kamu biasa ada
Disitulah aku bisa dengan leluasa memandangi rupa dengan segala aktifitasmu 
Aku sendiri heran mengapa pipiku begitu merona  memerah jambu lantas tersipu malu saat kamu menyapaku entah lewat kata pun dengan senyuman
Apa itu kalau bukan cinta?
Sebegini parahnya kah aku menggilaimu? 
Hingga sosokmu belum juga temaram dan masih selalu hadir difikiran

Aku tak habis fikir , mengapa cintaku begitu tak tau malu lalu dengan lugu berhasil membelenggu sikap dan celotehku
Yaaa... sekali lagi aku hanya bisa diam terpaku , menunggu waktu berbaik hati padaku
Tapi mustahil jika tanpa bicara aku akan tau bahwa disini aku merinduimu dalam diamku
Tapi untuk kesekian kalinya aku katakan bahwa aku malu
Aku yakini selama kita masih berada dibawah langit yang sama Tuhan pasti akan membantuku dengan cara yang Ia punya
Membantuku menyudahi cintaku yang hanya dalam diam kemudian membuatnya menjadi nyata seperti khayalku yang senantiasa menghiasi malam - malam

Semoga saja...





Untuk kamu , sosok yang hanya bisa aku kagumi dalam diam

Untuk kamu , laki - laki yang berhasil mereggut perhatianku

Untuk kamu , sosok yang selalu aku hadirkan titiap mimpi malam

Dan untuk kamu , seseorang yang yang selalu aku rindukan diujung penantian









Dibuat sesuai permintaan seorang teman yang nampaknya sedang berada  dititik mengagumi dalam diam 
 Semoga suka sama puisinya... 




Aku tak berhak meminta lebih...




Dengar...
Aku tidak perlu menjelaskan pada mereka bahwa kita pernah punya masalalu . Bukan aku tak mau mengakui . Hanya saja masalalu bukan hal yang pantas untuk diungkit . Terlebih yang aku dan kamu dapat hanyalah sakit . 

Disana kita pernah punya cerita yang aku sebut kenangan bersama kamu yang kini hilang dari pandangan . 
Aku menengok kekiri kamu sudah pergi . Aku menengok kekanan yang kurasakan hangatnya bekas rangkulan . 

Tapi hanya kamu yang mengantarkan obat saat aku sedang demam . Diselipkan lewat jendela , meski kita tak bisa bertatap muka .
Yang membuat lebih baik bukan obatnya , tapi kamunya .

Lalu bagaimana? Ini bukan sengaja . Selalu saja ada hal atau barang yang kutemui dijalan kemudian mengingatkankan ku pada potongan - potongan kenangan yang pernah kita lakukan . 

Dan hari ini , apakabar kamu cinta pertama? Kadang aku rindu dengan kisah kita yang lugu . Potongan - potongan gambar kamu yang sedang ngambek karna cemburu . Berapa lama ingatan ini akan lapuk? Setelah kepergianmu , rindu tiada henti memeluk . 








Betapa aku takut kehilangan seseorang yang tidak takut kehilanganku , juga merindukan seseorang yang tak merindukanku

Aku tak berhak meminta lebih...

Sabar seperti apa lagi yang kamu mau? 

Peduli yang sedalam kamu lagi yang kamu inginkan?

Bukan ingin berhenti memperjuangkanmu , aku hanya berfikir lebih jauh . Jika kamu aku perjuangkan , akankah kita bahagia?

Ada beberapa sinyal yang harus kupahami dari awal 

Sepertinya aku harus kembali mundur dan mengalah . Entah untuk yang keberapa . Dimatamu , mungkin aku bukan siapa - siapa .

Jam segini dipagi ini , ada yang masih menatap handphone . Enggan beranjak sebelum kabarmu hinggap . Dia merindukanmu . Dia adalah aku....

Aku menganggapmu segalanya . Tapi kamu menganggapku biasa - biasa saja....

Jika kamu saja dengan begitu mudah melepaskan aku , harusnya aku tak perlu begitu sulit melupakanmu . 





Dipagi rindu , 

Untuk kamu yang selalu manis dalam banyak hal...


Dua puluh satu november




Jatuh cinta memang tak kenal siapa dan dimana kan? Termasuk pada kamu . Seseorang yang semestinya aku hindari . Seseoramg yang tak bisa aku miliki .

Kamu berbeda . Kini nama dan nomermu hanya menjadi hiasan diponselku . Jika kamu masih yang dulu , mungkin ponselku akan terus memunculkan namamu . Entah dalam bentuk pesan ataupun panggilan . Tapi sayangnya sekarang tak lagi sama . Kamu yang dulu pasti akan selalu ada , dan kamu yang sekarang hanya akan datang pada saat butuh saja . 

Aku akan menunggu waktu itu sayang . Dimana kita akan bertemu dan melepas rindu . Aku akan bertahan sayang , sampai batas lelahku . Sampai nanti waktu akan berbaik hati padaku . Meskipun terkadang komunikasi tersendat karna rutinitas yang padat . 

Tapi setidaknya beri aku sedikit ruang untuk menikmati hidupku . Bukankah aku dan kamu hanya teman setelah kata putusmu aku iyakan? Apa perlu aku mengungkapkan kasarnya kata agar kamu paham?

Apa  harus aku tegaskan semuanya?
Kamu hanya datang pada saat sepi saja . Pada saat kamu jenuh dan tak ada pesan ataupun panggilan diponselmu . 
Aku hanya pilihan terakhir yang kamu punya . Hanya cadangan dan tempat pelarian pada saat teman - temanmu yang tersayang hilang tak ada kabar .
Aku benar kan?

Aku tertekan ! 

Ini sudah malam . Tapi mengapa rindumu malah datang bertubi - tubi , tak memberiku ruang untuk sendiri . Aku memang sayang kamu . Tapi Tuhan lebih sayang kamu . 

Entahlah , mungkin  kamu memang sedang tenggelam dalam kesibukan pekerjaan , mungkin juga sedang jatuh cinta diam - diam pada seseorang . 

Kamu memang benar , kita masalalu kan? Jadi dengan siapa kamu kini bukan hak aku untuk mencampuri . Bukankah dulu kamu yang ingin pergi? Tidak memperdulikan bagaimana aku meminta kamu untuk bertahan . Lalu dengan angkuhnya kamu abaikan .

Dan dari segala kata , artinya sederhana . Aku rindu kamu dan terkadang itu mengganggu aktifitasku . Rindu untukmu egois . Dia terus terasa semakin menyiksa . Terus menumpuk dan tak mau tau bahwa kita bukan siapa - siapa lagi . 










Dikamarku , 21 November 2012
Saat sedang butuh kamu sebagai penyemangat
Tapi seperti biasa , hasilnya selalu nihil
Aku sadar betul !
Kita bukan siapa - siapa !
Baik - baik disana yaaa...

Senin, 18 November 2013

Merumah dimatamu


Aku tidak bermaksud merebutmu atau sekedar mengharapkanmu kembali
Aku hanya menulis semua yang aku rasa
Aku juga tidak bermaksud mengganggu segala aktifitasmu dengan tulisanku
Sekali lagi aku hanya menulis semua yang aku rasa
Bukannya aku egois , tidak !
Kamu juga tak salah !
Yang salah adalah kenapa harus ada hati? Hati yang hanya bisa membuat seluruh nadi tersakiti 

Aku sudah terlanjur terperangkap dimatamu 
Sebagai tokoh yang pura - pura tegar dan tak butuh airmata
Tapi lihat aku sekarang...
Tenggelam dilautan tepat dipelupuk matamu 
Luput tak terlihat dan hilang terbuang

Aku pasti akan belajar , belajar bagaimana caranya merelakan
Tapi aku mohon jangan sudutkan aku untuk melupakan
Sesakit apapun yang aku rasa , ketika kamu pergi aku tetap merasa kehilangan
Meski aku sendiri tak tau apakah kamu merasakan hal yang sama , sama - sama kehilangan
Mungkin iya tapi kamu merasa gengsi mengakuinya
Kalopun tidak juga tidak apa - apa !

Kuhabiskan hari - hariku dengan kesabaran yang membisu
Jika hari ini aku ditanya apa alasan aku tetap menyayangimu aku tidak mampu menjawab
Yang aku tau aku menerima segala kekuranganmu
Tapi kamu jangan khawatirkan aku
Aku baik - baik saja
Aku masih mampu menikmati segala hingar bingar disudut kota kecil ini dimana diantara kita semuanya pernah terjadi
Masih bisa ku berdiri bersama keluh kesah yang tenggelam dalam tangisku sendiri


  

Minggu, 17 November 2013

Untukmu yang akhir - akhir ini sangat sulit untuk aku temui...



Dengarkan , kali ini aku ingin bercerita tentang kamu yang sulit untuk aku pahami !

Aku menulis ini ketika kembali dihadang oleh rasa lelah yang tak pernah menyerah . Ketika dihadapkan pada keadaan yang sama dan pungkasnya hanya mampu mengendap didada . Terbang meliuk - liuk dilangit - langit fikiran kemudian terhempas disudut kenangan . Ya , lagi - lagi kamu penyebabnya...

Kamu yang semakin hilang dari pandangan . Tapi masih bisa kusyukuri karna sua mampu mempertemukan suara kita . Aku tidak tau sebabnya apa jika terkadang kamu begitu sering mampir diponselku . Menggugah fikiran yang sejenak tidur lelap . Tapi aku juga tidak tau alasanya apa ketika kamu tiba - tiba luput , hilang dan tak memberi kabar barang sejumput .

Aku sudah berusaha mengirimkan pesan singkat bahkan dalam hitungan kali , tapi pesanku tak kunjung kamu balas . Aku juga sudah berusaha menghubungimu namun sering kali kamu tak mau menjawab . Aku rela bertahan dalam status berteman agar tidak lagi diabaikan . Aku tau , mungkin BBMan jauh lebih menyenangkan dibanding dengan pesan biasa . Aku juga tau , mungkin wechat dan whatsaap jauh lebih mengasyikan daripada berlama - lama diujung telepon . Itu jaman dulu sekali kan? Mungkin aku kuno dan kamu jenuh . Aku menyadari bahwa apa yang aku punya berbeda jauh dengan fasilitas yang mampu kamu beli dengan sesuka hati . Aku juga tau bahwa aku tak berhak marah . Tak berhak mengurusi apapun tentang kamu .

Lalu kemarin , beberapa hari yang lalu ketika kamu menggigil gunung terbaring sakit . Begitu rajin kamu mengabariku , mengungkapkan apa yang kamu rasa . Jujur aku bahagia masih kamu anggap ada walau hanya dalam keadaan terpurukmu . Aku sama sekali tidak keberatan .

Tapi  mengapa beberapa hari setelahnya kamu tak memberiku kabar tentang kesembuhanmu? Sayang , mengapa aku harus tau itu dari beranda facebook ku bukan dari mulutmu? Mengapa aku selalu tak nampak disaat -saat dimana kamu merasa bahagia? Aku tau , aku hanya teman biasa . Tapi apa aku tak pantas ikut menikmati kesembuhanmu? . Ada yang mengkhawatirkanmu disini , aku... Sayangnya kamu tak mau tau !

Bahkan dengan segala rasa yang kuberi , termasuk sakitnya dikhianati . Tetap saja aku menyayangimu . Aku yang memikirkanmu dalam tiap kesempatan tapi diabaikan begitu saja . Bagaimana bisa kamu mengerti sakitnya aku saat ini . Sedikitpun mungkin kamu tak akan bisa mengerti . Tidak akan bisa .
Mungkin iya , aku yang salah mengartikan . Namun sekali lagi , apa kabar kamu hari ini? Masih kutunggui pesanmu hingga aku selesai menulis ini . Aku harap jangan tiba - tiba datang setelah hilang .

Bisakah kamu kesini dan beritau aku kenapa tiba - tiba kamu bersikap acuh dan tak peduli? Disini , aku tak seburuk apa yang kamu fikirkan . Aku masih memikirkanmu dan kamu masih tak mengerti itu . Tapi suatu saat nanti kamu pasti akan mengerti , kenapa aku begini... Ketika nanti aku sudah tidak memperdulikanmu lagi . 

Aku memilih diam dan sejenak menjauh , agar kamu tau kemarahanku sekalipun tidak ingin menyakitimu . 






Siapa yang lebih dulu enggan membalas pesan? Menghiraukan panggilan? Aku atau kamu?


Mungkin disini aku yang salah mengartikan . Aku terlalu bahagia karna kamu menyapa dengan senyum mengembang . Padahal kenyataannya kamu hanya mencoba menyapa untuk sekedar basa - basi saja .