Bahwa puisi ialah tempat pelarian kegemaranku... Sebab disana , segala luka segala duka bisa kulilit pita merah muda...
Senin, 28 Oktober 2013
Kertas Usang
Terimakasih untuk segalanya...
Memang mulai saat ini semuanya tak akan lagi sama
Meski kataku menyayangimu sudah menjadi kebiasaan
Tapi hari ini aku melepaskan
Lihat , aku menepati janji
Benar - benar melepaskan dan merelakanmu dengan senyuman
Walaupun membutuhkan waktu tahunan
Tak apakan tahunan?
Sejak hari itu aku bersembunyi - sembunyi tetap mencintaimu dalam status berteman
Tahunan sayang , aku tetap mendekapmu dalam kenangan
Aku tetap memelihara harapan
Aku tetap melihatmu dengan rasa penuh sayang
Tahunan sayang...
Tetap mencintaimu meskipun sudah menjadi mantan
Tetap menyayangimu walaupun semuanya sudah lama usai
Takdir sedang berbaik hati padaku
Kita diberi kesempatan untuk bercerita tanpa batas waktu
Aku diberi kesempatan untuk kembali mendekapmu
Ditempat yang ku anggap gudang dari segala kenangan
Ditempat yang aku yakini akan melepasmu disini
Dan itu terjadi...
Disini pertama kali kamu mengecup keningku
Disini pertama kali kamu berjanji takkan pernah melepasku
Dan disini adalah tempat yang paling indah
Terimakasih untuk segalanya
Tanpamu aku tak tau bagaimana sulitnya melepaskan
Sebanyak apa sakit yang pernah ada karnamu , aku lebih senang menyebutnya itu " bahagia "
Demi senja , aku ikhlas sayang...
Menjelaskan kesepian
Waktu merangkak dengan cepat , merangkak yang kita kira lambat ternyata bergerak seakan tanpa jerat . Semua telah berubah , begitu juga kamu , begitu juga aku , begitu juga kita . Bahkan waktu telah menghapus kita yang merasa tak berbeda , waktu telah memutarbalikkan segalanya yang sempat indah . Tak ada yang tahu , kapan perpisahan menjadi penyebab kegelisahan . Aku menjalani , kamu meyakini , namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini . Kamu tak punya hak untuk menebak , begitu juga aku .
Kamu bilang , tak ada yang terlalu berbeda . Tak ada yang terasa begitu menyakitkan . Tapi siapa yang tau perasaan seseorang yang terdalam? Mulut bisa berkata , tapi hati sulit untuk berdusta . Kalau boleh aku jujur , semua terasa asing dan berbeda . Ketika hari - hari yang kulewati seperti tebakan yang jawabannya sudah kuketahui . Tak ada lagi kejutan , tak banyak hal - hal penuh misterius yang membuatku penasaran .
Aku seperti bisa meramalkan semuanya . Hari - hariku terasa hambar karna aku bisa membaca menit - menit didepan waktu yang sedang kujalani . Aku bisa dengan mudah mengerti peristiwa , tanpa punya secuil rasa untuk menyelami sebab dan akibatnya . Aku paham dengan detik yang mudah kuprediksi , semua terlalu mudah terbaca , tak ada yang menarik . Kepastian membuatku bungkam , sehingga aku kehilangan rasa untuk mencari dan terus mencari . Itulah sebabnya setelah tak ada lagi kamu disini . Kosong .
Bagaimana aku bisa menjelaskan banyak hal yang mungkin saja tidak kamu rasakan? Aku berada dilorong - lorong gelap dan menunggu rengkuhan jemarimu mempertemukan aku pada cahaya terang . Namun , bahkan tanganmu saja enggan menyentuh tiap celah dalam jemariku , dan penyelamatan yang kurindukan hanyalah omong kosong yang memekakan telinga . Harapanku terlalu jauh untuk mengubah semuanya seperti dulu , saat waktu yang kita jalani adalah kebahagiaan kita seutuhnya , saat masih ada kamu dalam barisan hariku .
Perpisahan seperti mendorongku pada realita yang selama ini kutakutkan . Kehilangan menyatukan aku pada airmata yang sering kali jatuh tanpa sebab . Aku sulit memahami kenyataan bahwa kamu tak lagi ada dalam semestaku . Aku semakin tak bisa menerima keadaan yang semakin menyudutkanku . Semua kenangan bergantian melewati otakku , bagai film yang tak pernah mau berhenti tayang . Dan aku baru sadar , ternyata kita dulu begitu manis , begitu mengagumkan , begitu sulit untuk dilupakan .
Ada yang kurang , ada yang tak lengkap . Aku terbiasa pada kehadiranmu , dan ketika menjalani setiap detik tanpamu yang kurasa hanya bayang - bayang yang saling berkejaran , saling menebar rasa takut . Ada rasa takut tanpa sebab yang memaksa aku untuk terus memikirkan kamu . Ada kekuatan yang sulit ku jelaskan yang membawa fikiranku yang selalu mengkhawatirkanmu . Salahkan jika aku masih inginkan penyatuan? Salahkan jika aku benci perpisahan?
Tak banyak yang ingin kujelaskan , saat kesepian menghadangku setiap malam . Biasanya malam - malam begini ada suaramu . Mengantarku sampai gerbang mimpi dan membiarkanku sendiri melewati setiap rahasia hati . Kali ini , aku sendiri , memikirkan kamu tanpa henti . Jika kita masih saling menghakimi dan saling menyalahi , apakah mungkin yang telah putus akan tersambung dengan pasti? Aku tak tau dan tak mau memikirkan keadaan yan tak kembali . Semua sudah jelas , namun entah mengapa aku masih sulit memahami kenapa harus kita yang alami ini? Tak adakah yang lain? Aku dan kamu bukan orang jahat , namun mengapa terus saja kita disakiti? Bukankah diluar sana masih banyak orang jahat? Jangan tanyakan padaku , jika senyumku tak lagi sama seperti dulu . Jangan salahkan aku , jika pelangi dalam duniaku hanya tersedia warna hitam dan putih . Setelah kamu tinggalkan firdaus milik kita semuanya jadi berbeda . Aku bahkan tak mengenal diriku sendiri . Karna separuh yang ada dalam diriku sudah berada dalammu...yang pergi dan entah kapan kembali .
Aku merindukanmu , juga kita yang dulu...
__Dwitasari " Menjelaskan kesepian "__
Minggu, 27 Oktober 2013
Rindu beku
Aku hanya selembar puisi usang yang luput kamu baca
Hanya bermaterikan rindu lantas semua mampu tercipta
Aku hanya punya kesempatan untuk berfikir , meruntutkan huruf hingga bermakna
Aku hanya punya kenangan yang mengajarkanku untuk tunduk pada ingatan
Dulu , aku sempat merasakan sejuk bersamamu
Berenang dilautan rasa yang tenang
Kutemui pagi paling tenang , disini rinduku tetap bising dan disana rindumu ( mungkin ) masuk kepintu lain
Sunyi ini bersahaja...
Aku yang memilih datang kesini demi mengenangmu dalam ribuan puisi
Bahwa puisi adalah tempat pelarian kegemaranku , sebab disana segala luka segala duka bisa kulilit pita merah muda
Dandelion , aku ingin sepertimu , terbang dengan sayap yang patah , namun tegar , kuat dan ikhlas
Tentang jodoh , takdir yang menulis . Tapi mencintaimu , segala hari ialah kebahagiaan yang teramat manis
Impian itu baru kurajut dan terangkat , tapi anak panah tega menusuknya
Aku ; perempuan denial yang lelah berjalan , sedangkan kamu ; tanda seru yang dikirmkan oleh Tuhan
Aku adalah daun yang gugur dari rantingmu , sejauh - jauhnya jatuh tidak jauh menjatuhi hatimu
Yang kupunya kini adalah serpihan hati , karena tepinya sering kamu kikis dengan rindu ini
Gerogoti saja sampai habis aku janji takkan menangis , aku nikmati saja sisa - sisa manis
Kelak , yang menjadi alasan kepergianku adalah sebuah sayap yang tak pernah kamu kepak
Aku diam bukan tak peduli , aku hanya memberi spasi , agar kamu mengerti rindu itu apa
Terkadang aku hujan , terkadang saputangan . Apapun aku , semoga untukmu aku tetaplah sesuatu yang menenangkan
Haruskah aku berhenti ? Tentang rindu yang hanya terpias anggun dalam lembaranku , tidak pada lembaranmu...
Sabtu, 26 Oktober 2013
Terimakasih , aku tak bisa...
Selepas kamu pergi , aku jadi lebih senang menulis
Entah apa yang aku tulis , namun yang pasti semua yang kutulis itu untukmu
Meski aku tak pernah mengirimkannya padamu
Entah kamu baca atau tidak , aku juga tidak tau
Selepas kamu pergi , aku jadi lebih senang bernyanyi dimalam - malam sepi seperti ini
Selepas kamu pergi , aku jadi lebih senang menghabiskan waktuku dikamar
Kamu tidak usah khawatirkan keadaanku
Aku baik - baik saja...
Aku sudah berjuang untuk melupakanmu
Menghapus semua kenangan yang maha rindu
Mengabaikanmu dalam senja temaram
Sungguh aku telah berjuang melupakanmu
Tapi tak pernah bisa...
Trimakasih pernah ada dihidupku
Trimakasih sempat menitipkan hatimu padaku
Meski pada akhirnya kamu mengambilnya kembali
Tak mengapa , setidaknya kamu sudah tercatat mengisi hari - hariku
Trimakasih karna kamu pernah menjadi sisi lain dari hidupku
Sekali lagi , aku telah berjuang untuk melupakanmu
Membawa sakit ke sudut paling resah
Tapi sungguh , aku tak pernah bisa...
Kamis, 24 Oktober 2013
Selasa, 22 Oktober 2013
Perpisahan itu...
Aku masih merasakan udara yang sama . Masih berdiam ditempat yang sama . Tapi yang kurasakan tak lagi sama . Kesunyian ini bernama tanpamu .
Sebenarnya aku tidak ingin semuanya berakhir . Saat semua terancang hebat dan sempurna , saat perhatian - perhatian kecil itu menjelma candu rindu yang menancapkan getar - getar bahagia . Tapi bukankah prediksi manusia selalu terbatas ? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi . Perpisahan harus terjadi , untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan pertemuan bahagia itu lagi .
Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkal diri , bahwa selama rentan waktu tanpamu , aku merasa ada sesuatu yang hilang . Ketika pagi , kamu menyapaku dengan lembutnya . Saat siang kamu sekedar mengingatkan aku agar tidak terlambat makan . Saat sore kamu menyapaku lagi , bercerita tentang hari - harimu , lelahmu dan bahagiamu pada hari itu . Saat malam , kamu menjerat fikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut melewati lempengan - lempengan dingin handphone ku . Dan aku rindu , rindu semua hal yang bisa kita lalui hingga waktu terasa cepat berlalu saat kita melaluinya bersama .
Dan akhirnya perpisahan itu tiba . Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tau kapan itu akan terjadi . Dengan segala ketidaksiapan yang selalu menggerogotiku , aku tetap harus melepaskanmu . Kamu temukan jalanmu , dan aku temukan jalanku . Kita bahagia dalam jalan kita masing - masing . Kamu berpegang pada prinsipmu , aku berpegang pada perasaanku . Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan .
Semua berjalan dengan cepat . Sapa manjamu , tawa renyahmu , cerita lugumu , dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu . Dan aku harus membuang , dan menghapus itu semua dari memori otakku agar kamu tak lagi mengendap - endap masuk ke dalam hatiku . Lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita . Mari kita mengikhlaskan , setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku . Akan ada seseorang yang masuk dalam hidupmu dan hidupku . Dia akan menjadi alasan terbesar saat do'a terucap lalu aku dan kamu menyisipkan namanya . Selamat menemukan jalanmu .
Percayalah , bahwa perpisahan ini untuk kebaikan hidupmu dan hidupku . Bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia bertubi - tubi yang mengecupmu dengan seringnya . Percayalah , pertemuan kita tidak sia - sia . Aku banyak belajar darimu , dan aku juga berharap kamu mampu mengambil banyak pelajaran dariku . Semua butuh proses , saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kamu rasakan . Baik - baik yaa...
___Dwitasari " Perpisahan itu "
Cerita belantara
Narasi berlanjut lagi , lihat dan bacalah...
Suratmu sedang kupandangi , seperti biasa , tak pernah selesai kubaca , terlalu buram oleh genangan airmata
Bukan hatimu lagi yang aku minta , cukup kamu tersenyum saja sudah menjadi sedekah untuk rindu yang lapar
Rinduku tak pernah sampai kepadamu , dihatiku engkau hidup dan ada , dihatimu aku hidup lalu tiada
Namamu yang selalu kukhuyukkan disepanjang do'a , bukan untuk kebersamaan , tapi untuk kebahagiaan kamu dan aku meski tak bersama
Jika kamu bertanya apakah tegar itu ? ialah gerimis yang luruh dipipiku , titik - titik air yang tumpah dari lukaku
Aku tak pernah tau , kebahagiaan mana yang ingin kamu temui . Maka pergilah pada cintamu , meski bukan aku
Biarkan aku menguntai kisah ini menjadi frasa , yang merangkai klausa dan membentuk hiperbola hingga menjadi cerita belantara
Berkali kucoba merangkak dalam damai , hadir bayangmu tetap syahdu membawa rindu
Airmataku jatuh tanpa suara , bercucuran kala berdo'a , berpasrah pada - Nya , menitip luka lara
Dibalik bilik rindu , kuukir namamu , agar kelak kamu tau aku perindu sosokmu
Dalam jarak sejauh ini
Apa yang menarik dalam jarak sejauh ini ? Apanya yang menyenangkan ? Bahkan hanya menatap matamu saja aku tak bisa , terlebih jika ingin meraba lekukan wajahmu ? mustahil . Apa yang bisa aku harapkan dari jarak ratusan kilometer yang terbentang memisahkan raga kita ? Sejauh ini aku masih bertahan . Ketika rasa rindu menggebu dan aku sadar kamu tak ada disisiku . Aku juga tidak tahu sedang mengharapkan apa aku ini . Yang aku tau sekarang cintamu tak lagi nyata , sisanya hanya bayang - bayang .
Dalam jarak serentan ini mungkinkah kamu masih mendo'akan ku ? Setidaknya apa pernah seperti dulu saat kita masih berdekatan . Aku tak lagi paham saat dingin mencekam , kamu tak disampingku juga tak mendekapku dengan hangat . Aku tak lagi mengerti , saat airmataku jatuh hanya ada tanganku ( bukan tanganmu ) yang menghapus basah dipipiku . Tolong paparkan padaku alasan mengapa aku masih bertahan ?
Aku hanya bisa menatap fotomu . Menyebut namamu dalam do'aku . Mendengarkan suaramu dari ujung telepon . Aku lakukan semua seperti tidak ada apa2 . Tida ada luka , tidak ada airmata . Aku berusaha meyakinkanmu bahwa tidak ada yang salah diantara kita . Dan apakah kamu disana memang baik - baik saja ? Apakah rindu yang selama ini kusimpan dalam - dalam akan menemukan titik temu ?
Sayang , aku lelah...
Pulanglah !
Aku hanya bisa memperhatikanmu dari sudut dunia maya yang tak tersentuh . Aktivitas sehari - harimu yang aku lihat dari tulisan bisu bernama status facebook . Kamu , siwajah oriental dengan mata sipit . Si kulit putih dan berhidung mancung yang juga jago main futsal . Si pendengar yang baik juga pencerita yang baik . Semua hal tentangmu tak pernah kecil dimataku . Yayaya ! kamu memang membuatku jatuh cinta . Setidaknya kamu pernah datang dan mengajariku akan banyak hal . Dalam waktu singkat aku mengenalmu , dan dalam waktu yang lama aku masih mengingatmu .
Sebuah lagu memang mampu menjebloskanku kembali ke masa lalu . Dalam kenangan yang menyudutkanku setengah mati . Tiba - tiba saja aku merindukanmu ! Tapi itulah sebab mengapa kamu hadir dalam hidupku , menghasilkan rindu walau pertemuan tak pernah terjadi hingga saat ini .
__Dwitasari " Dalam jarak sejauh ini " , " 2 Januari dan kamu "
Minggu, 20 Oktober 2013
Mengurai waktu
Aku tak pernah sesedih ini . Kupikui waktu waktu yang kubutuhkan untuk melupakanmu juga tak akan sepanjang ini . Aku salah besar , hari - hari yang kulalui bersama dengan usahaku untuk melupakanmu tak kunjung menemui titik temu . Kamu masih jadi segalanya , masih berdiam dikepala dan masih jadi yang terpenting dihati . Maaf , jika segala kejujuranku terdengar bodoh , sebentar lagi pasti kamu akan berkata bahwa sikapku berlebihan . Seandainya sekarang aku berada disampingmu , akan kuceritakan sebuah kisah tentang melupakan dan mengikhlaskan . Sungguh dua hal itu bukanlah hal yang mudah .
Hitungan tahun harusnya menjadi waktu yang amat cukup untuk menghilangkan perasaan . Namun ternyata aku tak masuk dalam pernyataan itu . Hari berganti minggu dan sosokmu masih jadi penunggu , menyergap perhatianku , menguji imanku , dan merontokkan kepercayaanku . Tubuhku dingin dan menggigil saat menghadapi perpisahan . Aku tak punya banyak pelukan hangat , sehangat rangkulmu yang melingkar manis dibahuku .
Sekali lagi aku katakan , melupakan tak akan pernah mudah . Merelakan yang pernah ada menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu kamu tau rasanya . Aku menulis ini saat aku telah lelah dihajar kenangan . Mengapa diotakku , kamu tak pernah hilang barang sedetik saja ? Kamu sangat luar biasa dimataku . Dulu dan sekarang , tetap sama . Dan terkadang aku masih masih menangisi juga menyesali yang sempat terjadi . Bertanya - tanya dalam hati menga semua berakhir sesakit ini ? Apa tujuanmu menyakitiku jika dulu kita pernah menjadi belahan jiwa yang enggan melepaskan ? Aku tak tau sedang apa kamu disana . Segala ketidaktauanku mengantarkan perasaanku pada perasaan asing , rindu yang semakin hari semakin berontak , rindu yang meminta pertemuan nyata , rindu yang memaksa dua orang yang berjauhan untuk saling berdekatan .
Kalau kamu berada disampingmu sekarang , ingin rasanya aku mengulang segalanya . Kuhentikan waktu , kuhentikan detak jarum semauku . Agar yang hadir dalam hari - hariku hanyalah kamu , hanyalah kita dan hanyalah bahagia tanpa airmata . Seandainya hal itu bisa kulakukan , mungkin sekarang aku tak akan merindukanmu sesering dan sedalam sekarang .
Terakhir kita bertemu , ketika kita memutuskan untuk mengakhiri segalanya . Ketika pelukmu tak lagi kurasakan , dan ketika akhirnya kita memilih untuk berjauhan . Semuanya begitu berbeda . Perbedaan yang berulang kali berusaha kupahami , namun tak kunjung ku mengerti . Bisakah kamu membantuku untuk memudahkan segalanya ? Agar aku bisa menerima , bisa merelakan dengan sangat gampang .
Mengapa aku terlalu bodoh untuk membaca hal itu dari awal ? Apa karena kamu terlalu berkilau ? Hingga mataku terlanjur buta dan telingaku seketika tuli .
Berhentilah menyiksaku dengan segala macam rindu dan kenangan , atau mungkin aku yang menyiksa diriku sendiri karna tak mampu melupakanmu ? Ah , sudahlah . Aku cuma ingin memberitahu kita sudah sangat lama berpisah dan berjalan sendiri - sendiri . Jadi , apakabar kamu sekarang ? Apakah kamu masih semanis dan semenyenangkan dulu ? Ataukah kamu yang sekarang adalah kamu yang tanpa topeng dan kamu yang jauh berbeda dari yang kukira .
Aku benci harus mengakui ini . Aku sering merindukanmu dan memendam perasaanku . Tersiksa dengan angan sendiri . Mengiris hati dengan kemauan sendiri . Aku ingin mengaku ( dengan sangat terpaksa ) bahwa aku masih mencintaimu dan berharap kamu kembali , meskipun hanya untuk menenangkanku dan berkata bahwa segalanya akan baik - baik saja .
Dikutip dari tulisa Dwitasari " Lima minggu setelah kepergianmu "
Dusta terindah
Aku menulis ini ketika aku mulai tersadar bahwa tidak ada yang bisa aku kembalikan seperti dulu lagi , kecuali dengan kehendak Tuhan . Aku menulis ini ketika aku berfikir pasti disana kamu sudak menemukan kebahagian yang lain . Kebahagian yang jelas tidak pernah kamu dapat dari aku , sewaktu dulu . Mungkin benar adanya jika kepekaanku teramat minus dan pada akhirnya membuat kamu pergi menjauh . Andai saja waktu bisa kuputar ulang , aku akan menahanmu pergi hingga aku sendiri bosan dengan usahaku .
Dulu , kamu mengetuk pintu hatiku dan aku mengizinkan kamu untuk berdiam disana . Kamu tak tau betapa aku tergoda akan kehadiranmu . Kamu tak sadar betapa aku inginkan sebuah penyatuan meskipun kita berbeda . Sunggu bodoh ! Mengapa begitu mudahnya menjatuhkan airmata untuk kamu yang belum tentu menangisiku ?! Mengapa rindu begitu tega menjadikanmu sosok yang paling sering kusebut dalam do'a ? Mengapa cinta begitu tak masuk akal ketika perkenalan ternyata berakhir menjadi hal yang tak kuduga ? Kamu tak tau betapa sulitnya melupakan perasaan yang telah melekat . Betapa tidak mudahnya menghilangkan kamu dari hati dan otakku . Cinta ini datang begitu mudah dan entah mengapa membenci begitu sudah .
Jika kamu ingin tau seberapa dalam perasaanku , cinta ini seperti airlaut yang enggan surut . Aku telah tenggelam , sementara kamu yang berada dipesisir pantai hanya bisa melambaikan tangan dan menertawakan kesesakanku . Apa yang kamu anggap lucu dari perasaan ini ? Mengapa kamu begitu mudah menjadikan perasaanku sebagai candaan yang kamu pikir bisa membuatku tertawa ?
Sinaran pesonamu membutakan segalaku . Begitu mudah aku terjebak dalam bayang - bayang yang kupikir nyata . Begitu gampangnya aku terjerumus pada kesemuan yang tak pernah jadi kenyataan . Harus kularikan kemana cinta yang makin dalam ini ? Harus kubunag kemana rindu yang selalu berujung pada airmata ini ? Haruskah aku bilang padamu , dengan mata yang sembab , dengan rambut yang berantakan , dengan wajah yang begitu lelah ; hanya untuk memintamu kembali ?
Pertanyaan ku tentangmu telah terjawab . Bahwa kamu tak punya perasaan sedalam yang aku berikan . Kamu tak merindukanku sedalam yang sering aku lakukan . Dan kamu tak ingin menjadikanku yang terakhir . Hmmm... pernahkah kamu merasakan menjadi sosok yang selalu diletakkan dinomer sekian ? Yang tetap mencintaimu meski tersakiti ? Yang tetap mengabdi walau dilukai ?
Andai saja semua bisa kembali seperti dulu lagi . Seandainya rangkul pelukmu masih sehangat yang kurasakan . Mungkin aku tak akan sesedih ini , tak akan seberantakan ini dan tak akan segila ini .
Kalau kamu ingin pergi , maka pergilah . Tapi berjanjilah padaku ; aku adalah perempuan terakhir yang kamu sakiti . Setelah ini , pergilah pada ibumu dan cintai beliau dengan keulusan . Agar kamu bisa mencintai perempuan yang lain dengan ketulusan yang sama . Katakan padaku , kamu akan menganggap kata sayang adalah kata yang sakral sehingga kamu tidak mengatakannya hanya untuk menyakiti seorang perempuan . Berjanjilah padaku ; setelah ini kamu benar - benar pergi , mencari perempuan baru untuk kamu beri kebahagiaan , bukan tangisan . Katakan padaku , jika kamu tak mampu melakukan hal itu , aku bisa membantumu , tapi kamu kembali dan mau kuajak saling memahami .
Suatu saat nanti , kita akan bertemu dengan kebahagiaan masing - masing . Kamu merangkul kekasih barumu dan memperkenalkannya padaku . Aku menggenggam erat jemari kekasihku yang berhasil menghapus mendung dihari - hariku . Lalu kita menertawakan masalalu , betapa dulu aku dan kamu pernah begitu lucu .
Kemudian lukaku bisa kamu jadikan stand up comedymu . Tertawakan aku sepuasmu . Setelah itu , kumasukkan kamu dalam sebuah tulisan , kusiksa kamu sampai jera , kubiarkan kamu jadi tokoh tertawa lebih dulu tapi menangis sekencang - kencangnya diakhir cerita .
Terimakasih untuk tawa yang kamu titipkan pada tiap candaanmu diujung malam . Sekarang aku sadar , betapa sosok yang pernah membuatku tertawa paling kencang , juga adalah pria yang membuatku menangis paling kencang .
Dikutip dari tulisan Dwitasari " Empat minggu setelah kepergianmu "
Rabu, 16 Oktober 2013
Belum usai
Hey kalian ! Berhenti berpura - pura untuk tidak tau apa - apa . Berhenti berpura - pura untuk tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi . Coba lihat diseberang sana , ada sesuatu yang tergolek tidak berdaya menunggu penyelamatan dari kita . Sadarkah kalian siapa yang sedang menunggu kita untuk memungutnya ? Itu pertemanan kita ! Pusara yang pada akhirnya menjadi korban atas segala keegoisan .
Mungkin disni aku bisa mengungkapkan semuanya . Termasuk kebobrokan yang semakin menjalar ditubuh pertemanan . Disini aku sedang tidak ingin disebut sebagai pahlawan karna berani bersua ditengah kebisuan mulut kalian . Aku yakin sebenarnya hati kalian sedang berteriak . Aku tidak mau berpihak pada siapa - siapa . Aku juga tidak menyatakan bahwa aku yang paling benar . Aku sadar , aku juga manusia biasa sama seperti kalian . Aku hanya memberanikan diriku untuk meluruskan sesuatu yang hampir merengggut nafas dalam diri kita . Yaa , kita teman bukan ?
Aku tau , masing - masing diantara kita memiliki kesibukan yang padat . Tapi aku ingin sekali bertanya , berapa kali dalam sehari kalian menghubunginya ? Berapa puluh sms yang kalian kirim dalam sehari untuknya ? Itu memang bukan urusanku ! Tetapi akan menjadi urusanku ketika kita saling mengabaikan . Ketika kita tak saling berkabar . Ketika kita saling mengumpat dan tak saling menghargai . Pernah tidak dalam sehari , sekali seminggu atau bahkan sebulan sekali menyisihkan sisa pulsa pulsa kalian hanya sekedar menanyakan kabar ? Bukankah itu tidak menyita waktu ?
Mohon dengan penuh kerendahan hati , jangan memperkeruh keadaan . Mohon jangan patahkan dinding yang sudah terlanjur retak . Kita teman bukan ?
Siapapun diantara kalian yang sedang berada dititik kebahagiaan , mengapa tidak kunjung membaginya kepada kita yang senantiasa menanti walau hanya untuk turut menikmati ? Mengapa seolah - olah kita tidak nampak bahkan tenggelam .
Tutup buku
Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak terlalu berharap banyak . Mungkin aku sudah lupa bagaimana rasanya berbincang akan banyak hal sehangat dulu . Aku tak pernah segelisah ini . Aku pikir sosokmu tidak akan pernah membuatku seresah ini dan bertengkar hebat diotakku .
Aku tidak terlalu suka dengan riuh keramaian . Aku lebih suka hening dalam senyap bersama diriku sendiri , bermain dengan kata dan bahasa .
Aku lebih suka duduk manis menunggu dalam diam . Meski kadang harus menahan hasrat ingin jumpa . Alasannya karna aku tidak bisa memilih apapun . Aku tidak peduli dia akan datang atau tidak . Aku juga tidak mempermasalahkan saat aku menunggunya dengan kesendirian . Meski sering dianggap pekerjaan bodoh , tapi apakah bisa dibilang bodoh ketika yang ditunggu adalah sesuatu yang aku sukai ?
Aku menunggu seseorang datang . Tidak peduli dia masih mengingatku atau tidak . Tak peduli ia akan menghampiriku atau tidak . Tidak peduli dengan siapa dia datang . Aku sadar memang tidak ada perjanjian sebelumnya , tapi aku lebih baik menunggu . Didepan layar laptopku yang notabene benda mati saja kadang aku malu , ternyata aku memperjuangkan sedalam itu . Mungkin suatu saat nanti aku akan kelelahan dan berbalik membencinya . Sejujurnya aku ingin menyelamatkanmu .
Tapi sepasang kakiku memaksaku untuk berdiri , melangkah dan tak menoleh kebelakang . Dalam keadaan seperti ini aku tak tau apa alasan aku menunggu . Kala itu otakku masih mampu menyerap tajam siapa nama yang terus aku tunggu ?
Lalu apa gunanya nama ? " Untuk diucapkan dalam do'a ! "
Pipiku basah . Sebenarnya aku lelah... Lelah karna keinginanku yang tak kunjung terwujud . Sudah kuduga , mungkin dia tidak menyukaiku . Namun , aku takut mengetahui kenyataan yang ada .
Kenapa harus aku ?
Kadang ketika terluka , aku butuh lebih dari sekedar membalikkan halaman untuk memulai lembaran baru . Tapi terkadang aku harus menutup buku .
Butuh lebih dari sekedar pergi untuk melupakannya . Dan aku tak tau apa itu .
Jadi biarlah aku pergi meninggalkan cerita ini , sakit memang perih . Tapi aku mengerti akan semuanya , dan kuselipkan do'a dtiap langkahmu .
Minggu, 13 Oktober 2013
Rinduku kelabu
Agaknya sore ini senja bersama jingganya tidak akan nampak dengan sempurna
Ia sedang bersembunyi dan hanya muncul malu - malu dari balik awan kelabu
Sesekali terang kemudian redup kembali
Disana ada yang nampak dari gerimis disore ini
Sepertinya kerinduan tengah mengintip dari sisi mega mendung
Dan ada yang sedang tersenyum disini
Itu aku...
Bak hujan yang terbalut dingin , bedanya disini aku sedang terselimut rindu
Entah rinduku ini pada siapa , yang jelas kapasitasnya tak terbendung lagi
Seandainya saja ada yang dapat membantu berat bebannya , mungkin akan sedikitku bagikan
Sebab aku sendiri kualahan tatkala memikulnya , tatkala menahan rasanya
Konyol , mana mungkin aku rela membagi rindu yang hanya kuperuntukkan untuk kamu
Kamu benar , rindu ini hanya untukmu
Hujan tigabelas
Awan mendung yang terlihat kusam meampakkan diri seakan memberi tanda bahwa hujan akan menghampiri
Gerimis kecil mulai turun membasahi segala yang mulai kering , tandus dan gersang
Aroma khasnya pun turut serta
Tanah yang dulunya mengering akhirnya lembab setelah dibanjiri rintikan air yang tak terhitung banyaknya
Pohon yang tidak berdaya dan nampak layu kini terbangun dan terlihat segar
Sekejap sebagian burung beserta anaknya menepi mengindari guyuran air dari Sang Maha Cipta
Aku beranjak dari tidur siangku karna kamarku terasa gelap kemudian menyalakan lampu sebagai penerang
Lantas aku mengikat rambut panjangku dan duduk dikasur kesayanganku
Mataku melihat nanar , seperti separuh nyawaku masih berada dalam alam mimpi
Aku mengusap mataku yang masih sayu dan sedikit enggan untuk terbuka
Rasa kantukku sepertinya memang belum sirna hingga melemaskan tubuhku
Dibalik daun jendela dari kejauhan aku melihat sesosok bayangan dibawah rinai hujan sedang luruh bersama airnya yang semakin deras mengalir
Sejenak kupejamkan mataku lalu aku coba menyibukkan diriku bersama fikiran yang memaksaku untuk mengurai siapa sosok itu
Kubuka mataku yang tertuju pada sudut yang sama untuk melihatnya dalam kali kedua
Namun entah mengapa bayangan itu dengan begitu cepat luput dari pandanganku
Jatungku berdedup kencang dan ada sedikit sesal dibenakku
Yaa... karna aku belum tau siapa sii misterius yang tiba - tiba muncul dari balik jendelaku yang tertutup embun
Mungkin hanya halusinasiku...
Tapi sepertinya tidak , sepertinya tidak asing lagi bagiku
Tapi siapa ?
Mengapa tidak menghampiri aku meski hanya menanyakan kabarku ?
Mengapa tidak memberiku senyum simpulnya saat melihatku yang jelas - jelas menatap tajam ?
Mengapa pergi tanpa pamit dan berlalu begitu saja ?
Aku harap mata dan fikiranku yang salah
Aku harap begitu
Sabtu, 12 Oktober 2013
Ditelan masa
Aku hening...
Hening dalam diam dengan pandangan kosong
Aku tak tau harus berapa banyak kata lagi yang ku ungkap agar rasa ini benar - benar enyah dari jiwa dan ragaku
Harus bagaimana aku ?
Aku lelah jika harus terus menerus berada dalam resah dan gundah
Sadarkan aku tentangnya Tuhan...
Sadarkan aku bahwa dia telah jauh meninggalkanku
Jauh dari anganku dan relung kalbuku
Mungkin aku tak sesempurna maumu
Tapi inilah aku...
Mungkin aku teramat jauh hingga tak nampak dipelupuk matamu
Atau mungkin kamu anggap aku tak ada dulu
Sekeras itukah kamu ?
Lalu apa ini Tuhan ?
Cerita seperti apa yang sedang Engkau tuliskan ?
Kemudian kejutan seperti apa yang tengah Engkau persiapkan hingga harus kulalui sakit yang begitu dalam
Entah akan bertahan hingga berapa sakit dan kecewa yang kurasa
Perih memang , tapi ini nyata...
Bukan ilusi juga bukan canda
Kini hanya airmata yang tersisa
Akupun tak tau masih terlalu banyak atau bahkan hanya tinggal beberapa tetes saja
Ia habis setiap aku mengingatmu
Ia habis kala aku memikirkanmu
Ia habis kala malam datang dan hati kian sendu
Sendiri , sepi dan kelam
Apakah kau pernah tau jika aku teramat tersiksa olehnya
Menangis sendiri dikesunyian malam
Hampa dan sirna bak ditelan masa
Secuil lara
Mungkin telah habis kata untuk sebuah rasa
Rasa yang terus membelenggu
Rasa yang tak pernah usai mengganggu
Rasa yang enggan berlalu dan semakin pilu
Harapan telah sirna , dan kini duka melanda
Impian menjadi asa dan cinta tak lagi ada
Sirna sudah semuanya , pergi sudah segalanya
Tentang bahagia yang telah kau ganti dengan duka
Beginikah akhirnya ?
Sungguh tiada kusangka kau akan tega
Sunghuh tak pernah ku kira kau akan berdusta
Jika ini yang menjadi inginmu aku terima
Meski hati terasa lara
Rasa yang terus membelenggu
Rasa yang tak pernah usai mengganggu
Rasa yang enggan berlalu dan semakin pilu
Harapan telah sirna , dan kini duka melanda
Impian menjadi asa dan cinta tak lagi ada
Sirna sudah semuanya , pergi sudah segalanya
Tentang bahagia yang telah kau ganti dengan duka
Beginikah akhirnya ?
Sungguh tiada kusangka kau akan tega
Sunghuh tak pernah ku kira kau akan berdusta
Jika ini yang menjadi inginmu aku terima
Meski hati terasa lara
Sepenggal aksara
Tuhan....
Aku tau inilah jalan yang aku lalui , keras , tajam dan menyakitkan
Jalan yang dapat melukai kulit ariku
Yang bisa kapan saja menusuk dan merobek tubuh mungilku
Bahkan mungkin dapat membunuh diriku sendiri
Namun tak apa , aku terima dengan lapang dan suka cita
Walau kadang aku rapuh dan terhempas karnanya
Tuhan...
Maafkan aku yang tak pernah henti menangis
Maafkan aku jika terkadang aku mengeluh dan terus saja ku berontak
Tapi inilah pesakitanku Tuhan...
Inilah jalan terjal nan jauh yang perlahan menghilangkan bayanganku
Bagaimana bisa aku berjalan sementara kakiku sendiri tertahan
Bagaimana mungkin aku akan sampai dan keluar dari rasa yang menyakitkan , jika aku sendiri hancur berkeping
Lantas harus berapa lama waktu yang kuhabiskan agar tidak ada sedikitpun sakit yang tersisa
Kembalikan senyummu Tuhan...
Aku tertatih dan terjerembab akan cintanya yang begitu semu
Tuhan...
Masih adakah jalan lunak nan lembut yang tersisa untuk hambamu ?
Jika ada , kumohon berikan itu untukku
Jalan yang menjadi dambaan semua orang
Jalan yang dapat ku lalui denga mudah tanpa aku harus tersakiti
Jalan yang dapat kunikmati dengan berlari sesuka hati
Tuhan...
Kumohon jangan biarkan aku terus meratapi kepergian sang kekasih hati
Kumohon Tuhan...
Kumohon sisihkan sedikit saja bahagia itu untukku
Untuk aku yang terlanjur menaruh hati padanya
Sebab kini aku lemah tak berdaya
Aku yakin jika kini aku masih dapat berdiri semata karna kekuatan yang Engkau beri
Aku tau inilah jalan yang aku lalui , keras , tajam dan menyakitkan
Jalan yang dapat melukai kulit ariku
Yang bisa kapan saja menusuk dan merobek tubuh mungilku
Bahkan mungkin dapat membunuh diriku sendiri
Namun tak apa , aku terima dengan lapang dan suka cita
Walau kadang aku rapuh dan terhempas karnanya
Tuhan...
Maafkan aku yang tak pernah henti menangis
Maafkan aku jika terkadang aku mengeluh dan terus saja ku berontak
Tapi inilah pesakitanku Tuhan...
Inilah jalan terjal nan jauh yang perlahan menghilangkan bayanganku
Bagaimana bisa aku berjalan sementara kakiku sendiri tertahan
Bagaimana mungkin aku akan sampai dan keluar dari rasa yang menyakitkan , jika aku sendiri hancur berkeping
Lantas harus berapa lama waktu yang kuhabiskan agar tidak ada sedikitpun sakit yang tersisa
Kembalikan senyummu Tuhan...
Aku tertatih dan terjerembab akan cintanya yang begitu semu
Tuhan...
Masih adakah jalan lunak nan lembut yang tersisa untuk hambamu ?
Jika ada , kumohon berikan itu untukku
Jalan yang menjadi dambaan semua orang
Jalan yang dapat ku lalui denga mudah tanpa aku harus tersakiti
Jalan yang dapat kunikmati dengan berlari sesuka hati
Tuhan...
Kumohon jangan biarkan aku terus meratapi kepergian sang kekasih hati
Kumohon Tuhan...
Kumohon sisihkan sedikit saja bahagia itu untukku
Untuk aku yang terlanjur menaruh hati padanya
Sebab kini aku lemah tak berdaya
Aku yakin jika kini aku masih dapat berdiri semata karna kekuatan yang Engkau beri
Jumat, 11 Oktober 2013
Bilik Kosong
Acap kali aku jadi takut kehilanganmu , padahal jelas - jelas kamu bukan milikku lagi . Bukankah aku juga telah terbiasa tanpa keberadaanmu disampingku ? Tapi mengapa selalu ada alasan yang tak jua aku mengerti . Sebegini sulitkah tatkala harus berada jauh darimu ?
Aku tidak bisa apa - apa selain mengingat kembali percakapan kita diujung telepon . Meski tidak ada yang istimewa tetapi itu berhasil membuat bilik kosongku terisi . Bodoh rasanya jika aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku . Tapi tidak salah kan jika aku mengisitimewakan sosokmu dalam maya juga nyata ?
Sesekali aku terlalu sibuk memperhatikanmu , bahkan hingga kamu hadir dalam mimpiku untuk kesekian kalinya . Apakah kamu juga begitu ? Setidaknya apa pernah ? Apa pernah sosokku kamu hadirkan dalam mimpimu ? Benar - benar keajaiban jika yang terjadi seperti mauku .
Sayang... Disini aku menunggu . Walaupun aku juga sadar bahwa kepergianmu bukan berarti kamu kembali . Mungkin jika kamu kembali itu bukan padaku . Entahlah...
Aku tidak bisa bicara terlalu banyak . Aku tidak ingin melukaimu . Sepertinya jarak semakin jauh memisahkan kita sampai - sampai aku sendiri kini luput dari pandanganmu .
Yang ada sekarang hanyalah layar yang setia menampilkan sekelumit ragamu dalam kebisuan . Yaa... lagi - lagi hanya lewat kata .
Tapi sudah cukup bagiku . Coba fikir mungkin cuma aku yang ada didepanmu saat kamu jatuh dan terpuruk . Coba fikir sampai kamu menyadarinya .
Sulit ku bahasakan bagaimana rasanya kesepian . Aku fikir waktu berjalan dengan merangkak , tetapi tidak . Ia justru lari dan berusaha menghapus kenangan kita yang dulu pernah satu rasa . Kadang aku muak dengan diriku sendiri . Kenapa selalu banyak pertanyaan untuk jawaban yang sudah aku ketahui .Yang membuat aku bungkam adalah kepastian . Semuanya tidak mampu ku prediksi dan sulit untuk terbaca . Itu sebabnya setelah tak ada lagi kamu disini bilikku menjadi kosong .
Harapanku terlalu jauh untuk mengubah semuanya seperti dulu . Bagaimana caranya menjelaskan banyak hal dengan gamblang jika kamu sendiri tidak merasakan ?
Kehilangan membuatku lebih akrab dengan airmata . Padahal dulu kita begitu manis dan sulit dilupakan . Selalu ada rengkuhan jemarimu ketika ku bilang rindu sedang menggelayutiku . Ya , karna dulu kamu adalah penyelamat kerinduanku serta sebab mengapa aku rindu .
Akirnya perpisahan kala itu membuatku takut bahkan hingga detik sekarang .
Ada yang kurang ketika aku menjalani setiap detik tanpamu . Biasanya pagi - pagi ada suaramu . Suara yang menyambut pagiku .
Mengapa harus kita yang alami ini ? Aku tidak ingin memikirkan hal yang tak kembali . Semuanya sudah jelas. Bukankah aku dan kamu adalah orang baik ? Tapi kenapa terus disakiti ?
Aku benci perpisahan !
Beritahu aku , jangan terus mengurungku dalam sangka penuh curiga . Kamu tau bahwa semua kata selama ini adalah tertuju untukmu . Kamu yang sedang aku tulis sekarang adalah orang yang aku sayang . Adalah orang yang sudah tahunan aku kenal . Tapi yang aku lihat kita berada dalam sisi jalan yang berlainan .
Kamis, 10 Oktober 2013
Harmoni kaku
Hari ini aku bertanya kepada diriku sendiri
Pertanyaan sederhana namun tak sederhana untuk menjawabnya
Tentang sebuah balas budi dan janji - janji bakti
Mungkinkah dapat kupenuhi untuk semua harapanmu ?
Ibu...
Mungkin aku tidak tau hari dimana engkau dilahirkan
Aku juga tidak melihat seperti apa sosok kecilmu dulu
Tapi aku yakin , hari itu adalah hari yang indah
Dimana mentari membalutkan kehangatannya
Dan jagat seisinya melesungkan pipi karna kehadiranmu
Wanita mulia...
Ingin kusajakkan senyummu , sembari kupilih ribuan kata
Tetapi tak jua bisa kurangkai kalimat sempurna untukmu
Jika engkau berkenan ,
Baca saja rangkaian prosa diraut wajahku
Dan biarkan aku memingit puisi ini dihati
Aku mengenal kasihmu dengan sendiriku
Tanpa acuan dan referensi
Tapi karnamu aku jadi bisa mengenal rindu
Rindu yang kuyakini akan abadi hingga nafasku terhenti
Ibu...
Bolehkah aku merayumu , berbaring dipangkuanmu seraya mengadu hari - hari lelah ku
Mengadu tentang keras dunia yang tak berkesudahan
Ingin kupertanyakan mengapa diluar sana tak ku temukan keikhlasan ?
Bolehkah acap kali aku membasahi pangkuanmu dengan airmataku ?
Katakanlah...
Bahwa aku adalah tokoh dalam dongengmu
Putri yang kau puji karna nurani
Mengenai perahu yang tak kunjung menepi , pantaskah untuk dinanti ?
Ibu... Malin kundang telah menjadi batu
Akankah usai ceritamu ?
Lalu bagaimana dengan harapanku yang ingin membangun istana salju yang menyejukkan setiap manusia seperti yang ada dalam dongengmu ?
Aku tau , selamanya dimatamu aku adalah ranting kecil yang selalu kau khawatirkan akan rapuh dan patah
Aku memang lemah...
Tetapi sesungguhnya aku ingin melindungimu dari sedih nestapa
Usiamu kini tak lagi muda , tapi aku belum bisa apa - apa
Meski hanya sekedar untuk membelikanmu kasur kapuk
Bukankah seyogyanya kita mencintai kesahajaan dan membenci kemunafikan ?
Maka menagislah buu , jika tabiatku berbaju tebal keangkuhan
Pertanyaan sederhana namun tak sederhana untuk menjawabnya
Tentang sebuah balas budi dan janji - janji bakti
Mungkinkah dapat kupenuhi untuk semua harapanmu ?
Ibu...
Mungkin aku tidak tau hari dimana engkau dilahirkan
Aku juga tidak melihat seperti apa sosok kecilmu dulu
Tapi aku yakin , hari itu adalah hari yang indah
Dimana mentari membalutkan kehangatannya
Dan jagat seisinya melesungkan pipi karna kehadiranmu
Wanita mulia...
Ingin kusajakkan senyummu , sembari kupilih ribuan kata
Tetapi tak jua bisa kurangkai kalimat sempurna untukmu
Jika engkau berkenan ,
Baca saja rangkaian prosa diraut wajahku
Dan biarkan aku memingit puisi ini dihati
Aku mengenal kasihmu dengan sendiriku
Tanpa acuan dan referensi
Tapi karnamu aku jadi bisa mengenal rindu
Rindu yang kuyakini akan abadi hingga nafasku terhenti
Ibu...
Bolehkah aku merayumu , berbaring dipangkuanmu seraya mengadu hari - hari lelah ku
Mengadu tentang keras dunia yang tak berkesudahan
Ingin kupertanyakan mengapa diluar sana tak ku temukan keikhlasan ?
Bolehkah acap kali aku membasahi pangkuanmu dengan airmataku ?
Katakanlah...
Bahwa aku adalah tokoh dalam dongengmu
Putri yang kau puji karna nurani
Mengenai perahu yang tak kunjung menepi , pantaskah untuk dinanti ?
Ibu... Malin kundang telah menjadi batu
Akankah usai ceritamu ?
Lalu bagaimana dengan harapanku yang ingin membangun istana salju yang menyejukkan setiap manusia seperti yang ada dalam dongengmu ?
Aku tau , selamanya dimatamu aku adalah ranting kecil yang selalu kau khawatirkan akan rapuh dan patah
Aku memang lemah...
Tetapi sesungguhnya aku ingin melindungimu dari sedih nestapa
Usiamu kini tak lagi muda , tapi aku belum bisa apa - apa
Meski hanya sekedar untuk membelikanmu kasur kapuk
Bukankah seyogyanya kita mencintai kesahajaan dan membenci kemunafikan ?
Maka menagislah buu , jika tabiatku berbaju tebal keangkuhan
Kisah tiada akhir
Alunan kisahku kian deras mengalir , lirih dan perih
Aku tidak akan berpaling ketika sayapmu patah
Jadi mohon jangan lepaskan aku begitu saja
Aku tau matamu kini mulai lelah membaca asmara dalam aksara
Terlalu dalam hingga menghanyutkanmu bagai sampan tak berdayung
Maafku untukmu yang telah tersudut
Raut wajahmu mulai memerah , terbungkus kecewanya amarah
Tenang saja , sajakku ini bukan gertakan angkuh
Meski tak beraturan , tapi katanya ku petik dari hatiku sendiri
Duhai lelaki yang bermata jeli...
Sajakku ini sederhana , tak saling memaksa meski terpatri rasa
Kamu tau ?
Telah nyeri seluruh sendi melebur bersama batas kenangan ditiap ujung jalan akan tetapi jejakmu tak kunjung ku dapati
Sosokmu begitu berbeda , terpupuk indah namun tak mampu tersentuh
Tak bisa kupungkiri bahwa kini otakku teracuni
Berkali - kali terlintas dikepalaku , inginku katakan inilah aku
Aku yang sama sekali berbeda...
Walaupun ceritanya telah berlalu , tapi kisahnya masih mampu ku bahasakan
Masih mampu kuletakkan kata disudut beranda , dimana kau biasa ada...
Sebatas suara
Ada suara lembut yang memecah keheningan
Lirih tersebut suaramu yang kudengar lewat ujung ponsel
Seperti sebuah cermin , begitu bening hingga menembus palung hati terdalam
Ada untaian nada - nada yang indah yang membangunkanku untuk mendengar apa yang akan disuarakan
Baru kali ini ada yang mengusikku dengan sapaan kecil
Dia melantuntakan sebuah syair yang menghangatkan pagi ini
Kemudian aku kuatkan jari - jariku untuk menulis kisah - kisahnya
Aku seperti hanyut terbawa , melebur bersama aliran darahku
Memecah belenggu fatamorgana lalu mengajakku menyusuri pagi yang beku
Mudah diterima namun sukar untuk diterjemahkan
Tentu saja kini aku harus merangkak dan meraba mencari tau makna sebenarnya
Seringkali aku merasa tak sabar , menunggu datangnya sang fajar yang tak kunjung menyingsing
Entah apa yang harus aku lakukan agar aku dapat lepas dari pesonanya
Ingin rasanya bersembunyi , menghindari gejolak didalam hati
Pelan namun pasti dan entah mengapa suara itu seakan mulai hilang
Seiring keringnya embun didedauan...
Dan sejalan dengan waktu yang tak pernah luput akan putarannya
Rabu, 09 Oktober 2013
Puisi sahabat
Waktu terus berjalan...
Itu berarti kita harus terus melangkah kedepan
Sahabat...
Jalan kita masih teramat panjang , dan aku tidak kuat sendirian
Tapi aku sadar , disini ada sebuah ketulusan yang sempurna
Ketulusan sesungguhnya yang tak dapat aku temui ditempat lain
Dan aku mengerti tentang makna kebersamaan...
Ialah bersama kalian...
Kini aku tau alasan mengapa Tuhan memilih kalian untuk hadir diantara tawa dan tangisku
Jawabannya karna kalian bak malaikat yang bersemanyam dijiwaku
Taukah kalian , berapa lama waktu yang kita lewati bersama ?
Lama , lama sekali...
Amarah jangan terlalu disimpan lama dalam kalbu
Ingatkah , kita pernah duduk bersama ?
Terkadang disuatu waktu , prasangka menjauhkan hati kita
Dan sungguh , airmata takkan mampu merubah nestapa
Bersama kalian kepenatanku tergilas sirna
Bersama kalian , tangisku terurai menjadi sebuah tawa
Dukaku juga terpecah menjadi sebuah bahagia
Saat ini masih tetap kurasa , nada tawa yang mengusik telinga
Percayalah selalu...
Bahwa pisau yang merobek hati kalian adalah luka yang mengalir ditiap tetesan darahku
Meski aku tau pada akhirnya semua hanya akan menjadi kenangan
Tak apa bukan ? Selama kenangan itu tidak memudar...
Selama tintaku masih mengalir dan kertasku masih bersua
Kita akan tetap memikul pilu bersama dan mengeratkan genggaman jemari kita
Bukankah itu tujuannya ?
Semoga...
Puisi ungkapan hati
Kali ini jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya
Detakannya pun mulai tak teratur , tergesa dan menimbulkan banyak tanya
Entah mengapa dalam setiap perjalanan bayanganmu selalu turut serta
Begitupun dipemberhentian tempat aku singgah , wajahmu tak pernah luput berlalu lalang dalam imajinasiku
Aku rasa ada sesuatu yang berbeda...
Sejak aku menunggu datangnya peri yang bersedia melekat dihati
Kamu...
Jauh sebelum hari ini , sebenarnya rasaku sudah tumbuh , dan rasanya seperti tak mau lagi untuk terpendam dan ingin membuncah
Tapi hatiku selalu bertanya...
Apa bisa aku kau terima ?
Atau hanya akan membuat kita jauh dan saling acuh ?
Selama ini aku hanya bisa diam tanpa berani mengungkapkannya padamu
Karna aku sadar , aku belum mampu membuktikan akan kebenaran perasaan ku ini
Aku takut jika saja kamu mempertanyakan sebuah pembuktian
Aku hanya ingin memilikimu...
Menjadikan mu sebagai yang terindah dihati dalam balutan suka duka
Walaupun memang aku tidak bisa memaksamu untuk berada disisiku
Kamu menyadari keberadaan ku...
Tetapi apakah kamu tau bahwa aku jatuh cinta diam - diam ?
Sekarang waktu memburuku untuk tidak datang terlambat
Padahal belum usai ku habiskan kata - kataku disini
Sebelum celah - celah jemarimu ada yang mengisi
Kini aku datang dengan penuh harap..
Dan kini aku yakin bahwa tekadku telah menjadi lingkaran yang sempurna
Untuk menyatakan hal terpenting dalam hidupku
Bahwa aku cinta kamu..
Puisi ini dibuat atas permintaan seseorang yang nampaknya akan mengutarakan isi hatinya . Semoga berhasil !
Selasa, 08 Oktober 2013
Tuhan , satu pintaku...
Tuhan , aku sudah paham jika perpisahan ini adalah jalan yang terbaik dariMu . Yang terbaik untuku dan juga untuk dia . Dia , seseorang yang selalu ku sebut namanya dengan fasih disetiap do'a ku . Dimalam yang panjang saat aku bentangkan sajadah kemudian duduk diatasnya , tepat diwaktu antara malam dan menjelang pagi .
Meski harus ku relakan airmataku jatuh setiap menceritakannya , tapi aku bahagia . Setidaknya dalam keadaan sesakit ini pun aku masih bisa menyebut namanya tanpa harus ada rasa benci .
Mungkin aku bak orang yang kehilangan akal , bercakap dan menangis sendiri sementara yang lain lelap dalam mimpinya . Tuhan , aku tidak tau mengapa hingga detik ini masih dia yang selalu menjadi topik utama tulisanku . Sama sekali tidak membosankan dan selalu ingin ku perbincangkan lama dengan Mu . Mereka tau siapa yang sedang aku bicarakan , tetapi aku yakin hanya aku dan Engkau yang tau apa yang sedang aku ungkap . Cukup aman bukan ? Bukannya aku tidak percaya pada orang lain , tapi ketika aku ingin menghindari hujatan yang bisa kapan saja menjatuhkanku itu wajar kan ?
Aku tidak tau apakah dia sudah menemukan penggantiku , entah lebih baik dari aku ataupun lebih buruk dari aku . Sekali lagi aku tidak patut untuk menanyakannya . Kalau pun aku telah terganti , bukan berarti aku berhenti menyebut namanya dalam do'aku kan ? Karna dia juga pernah menjadi bagian dari hidupku , mengisi hariku walau akhirnya harus seperti ini . Jika memang kini dia sedang berada dalam titik jatuh cinta , terlepas dari apapun aku juga harus ikut bahagia seandainya itu yang terjadi . Bukan berarti dengan begitu rasaku telah pudar , tidak . Justru semakin utuh dan terbungkus rapi . Aku hanya tidak ingin dia seperti aku , menahan luka didada yang tak kunjung kering . Aku tidak ingin dia merasa sendiri ataupun kehilangan . Aku hanya ingin Engkau menjamin bahwa dia akan bahagia , dengan ataupun tanpa aku .
Tentu saja jika itu kenyataannya aku akan menangis , sebabnya adalah kamu berhasil menggoyahkan pertahananku . Aku tidak ingin terlalu mencampuri urusannya . Aku yakin dia pasti bahagia .
Mungkin akan tiba saatnya dimana aku tidak akan dibutuhkan lagi dalam segala hal , kemudian terlupa untuk selamanya . Aku tak pernah tau apa yang sebenarnya ada dihatinya . Aku cuma bisa menerka - nerka dalam kiraan ku , itu saja .
Pintaku masih sama dengan hari - hari sebelum hari ini , jagalah kebahagiaanya untukku . Bahagiakan dia demi aku . Bahkan jika Engkau minta aku untuk menangis pasti akan aku lekukan , asal setelahnya ada senyum dari bibirnya . Karna itu yang aku harapkan .
Dia pasti telah menemukan dunia barunya dengan segala yang menyenangkan . Sekali lagi aku endapkan sakitku sedalam ku mampu agar tak pernah meletup ke permukaan dan menjadikannya luka baru . Aku mohon pilihkan dia seseorang yang sosoknya tidak semenyebalkan aku . Tidak sebodoh aku . Dan tidak seseram aku . Aku harap siapapun dia nantinya semoga bisa menjadi terang dalam gelapnya . Menjadi pelipur sedihnya , sebab aku tak ingin dia merasakan seperti yang aku rasakan .
Tuhan , aku percaya pasti Engkau selalu mendengar do'aku walau dalam lirih sekalipun . Aku yakin Engkau akan tetap setia bersamaku , menemaniku dan selalu menunggu aduan baruku .
Tuhan , terimakasih untuk setiap ketenganan yang selalu Engkau berikan saat aku sedang mengadu hingga ku selesaikan kata - kata ku runtut dari awal sampai akhir .
Mungkin aku tidak pandai menjaganyanya , tapi cukupkan jika aku sedikit cerdas dalam memilih kalimat sebaik mungkin ketika sedang bermunajat dalam do'a ?
Dan aku juga yakin Engkau selalu bisa menyatukan kepingan - kepingan hati yang telah patah , termasuk aku .
Tuhan , aku percaya pasti Engkau selalu mendengar do'aku walau dalam lirih sekalipun . Aku yakin Engkau akan tetap setia bersamaku , menemaniku dan selalu menunggu aduan baruku .
Tuhan , terimakasih untuk setiap ketenganan yang selalu Engkau berikan saat aku sedang mengadu hingga ku selesaikan kata - kata ku runtut dari awal sampai akhir .
Mungkin aku tidak pandai menjaganyanya , tapi cukupkan jika aku sedikit cerdas dalam memilih kalimat sebaik mungkin ketika sedang bermunajat dalam do'a ?
Dan aku juga yakin Engkau selalu bisa menyatukan kepingan - kepingan hati yang telah patah , termasuk aku .
Untuk kesekian kalinya aku hanya ingin dia bahagia . Cukup !
Langganan:
Komentar (Atom)
