Kamu adalah apa yang aku tulis , tapi aku adalah yang selalu luput kamu baca

Toad Jumping Up and Down

Minggu, 29 Desember 2013

Kisah mini - Event Cermin - Pipet magazine ( Majalah Online Jambi )




Antara takut dan iba , aku menghampirinya yang sedang berbaring ditempat tidur memeluk sebuah guling . Raut wajah yang sendu , dengan mata sembab yang terus dialiri airmata masih terlukis jelas . Dia citra , sahabat karibku .

 Dia baru saja bertengkar hebat dengan kekasihnya yang pada puncaknya dia ditinggalkan begitu saja setelah tiga tahun menjalin hubungan . Aku mencoba membuka pembicaraan , berharap sapaanku bisa sedikit menghibur kesedihannya . Tapi tak ada respon darinya . Yang ada hanya sebuah tangisan yang kian menderu . Aku bingung . Aku fikir usahaku sia – sia menasehatinya dengan segala kelembutan . Bukannya dia bangkit tapi justru seolah kata – kataku memanjakannya untuk terus berada dititik keterpurukan .

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menaikkan nada bicaraku dengan sedikit hentakan . Bak orang yang tak punya akal , aku berbicara panjang lebar dari A hingga Z . Bukan cemoohan ataupun penghinaan , aku hanya berusaha membangkitkan semangatnya agar tak terus bersedih . Namun semakin aku berbicara keras tangisannya justru semakin membuncah . Aku berusaha untuk tidak memperdulikannya . Sejenak aku diam menunggu respon apa yang akan dia tunjukkan kepadaku .

            Dia bangun kemudian menoleh kearahku . Mulailah dia menceritakan semua masalah yang mengungkungnya . Tentang sebuah pengkhianatan , bahwa ada perempuan lain yang ternyata mengganggu hubungannya dengan kekasihnya dulu . Sebuah pengkhianatan yang terjadi dalam kurun waktu satu setengah tahun yang hasilnya laki – laki yang dulu menjadi pacar temanku lebih memilih perempuan pengganggu itu . Sulit diungkapkan bagaimana rasanya . Kecewa bercampur amarah , sedih juga pilu .

            Aku mengusap airmatanya lalu kukatakan bahwa seseorang yang telah melukainnya tidak pantas untuk ditangisi secara berlebihan . Tuhan menciptakan kesedihan lengkap dengan kebahagiaan sebagai balasannya . Bukankah hakikat hidup adalah menerima dan menikmati semua yang telah Tuhan tuliskan untuk kita? Bukankah Tuhan juga berjanji akan selalu bersama orang – orang yang mau melapangkan nuraninya ditiap cobaan? Percayalah , Tuhan tidak ingkar . Pasti akan ada sejuta senyum dibalik seribu tangisan .

            Dia menghentikan tangisannya dan memelukku dengan erat . Suasana kamar menjadi  hening dan tenang .







Sabtu, 28 Desember 2013

Terompet tak bersua




Tatapannya nanar kearah luar pintu yang sengaja dibuka lebar . Wajahnya menyikap rindu dibalik kesenduan . Ini malam kesekian belas kali ia duduk didipan reot  menanti anaknya pulang lalu bersama – sama meniup terompet dimalam pergantian tahun .

            Nak...

            Usiaku kini kian senja

            Ajal kapan saja bisa menjemputku

            Tidakkah kamu rindu pada sosokku yang  mengandungmu selama sembilan bulan?

            Tidakkah kamu ingat pada aku yang sempat menaruhkan nyawa untukmu?

            Tidakkah kamu ingin mengusap peluhku?

            Dan tidakkah kamu menemuiku sebelum aku terbaring kaku dipusara tanah 
            kelahiranmu?

            Disini , didekatku sudah kusediakan pena

            Siapa tau esok ketika kamu tiba aku sudah tak bernyawa

            Tulis saja semua yang ingin kamu utarakan

            Pasti akan kubaca dari atas sana bersama iringan awan

Bisiknya lembut dari hati...

Tiba – tiba ada yang datang mengetuk pintu , sontak ia terkejut lantas mengambil sebuah kayu teman jalan yang selama ini setia menjadi pengganti satu kakinya . Dan harapannya yang datang adalah putra semata wayangnya . Namun ia salah besar , rupanya seorang anak muda yang berniat membeli terompet yang kini tak sempat ia jajakan disepanjang jalan . Tak ada percakapan tawar menawar , yang nampak hanya permainan sepuluh jari dengan bahasa isyarat .

Yaa , dia... seorang ibu tua penyandang tuna wicara dengan satu topangan kaki yang mahir mencipta terompet tak bersua... Seorang ibu tua yang mendamba sebuah terompetnya disuarakan oleh anaknya...

           

           

            

Jumat, 20 Desember 2013

Diary sobek



Aku lebih sennag menyebutmu teman bukan mantan
Dengar... terikat dalam status berteman tidak  mengubah bahwa kamu tak pernah biasa , selalu istimewa
Segalanya memang takkan pernah kembali sama
Tapi bukannya aku tidak peka , bukan juga menutup mata..
Hanya saja aku tidak ingin cinta tumbuh lebih dalam dihatiku sendiri
Kamu yang sekarang adalah orang asing yang tak lagi kukenali
Mungkin benar , waktu bisa mengubah sikap seseorang
Bahkan yang sering terfikirkan olehku kamu tidak akan pernah menemuiku lagi
Terbuktikan sekarang , aku memang hanya selingan
Kamu sedang membuat jarak antara kita kan?
Mencintai kamu bukan harian tapi tahunan
Jadi untuk apa tetap bertahan dalam hubungan pertemanan yang penuh dengan kepura - puraan?
Kemarin aku mencoba mengubur kenangan , tapi kamu datang semerta merta untuk membongkarnya lagi
Setelah terbongkar kamu pergi begitu saja
Untuk apa kembali?
Membawa tumpukan kata yang entah benar atau hanya rayuan semata
Aku memang masih mencintai kamu
Tapi bukan berarti aku tak bisa berkata tidak 
Sepertinya iyaa , karna gelar yang kita punya adalah mantan kadang membuat beberapa orang salah paham
Dengan segala cara yang aku punya , aku sedang berusaha mengistirahatkan segala hubungan kita termasuk dalam kata " teman "
Aku tak lagi berani berharap pada segala perhatian yang kamu beri , karna yang sudah - sudah semua tingkahmu itu hanya membunuh waktu sepimu?
Iyakan?
Harus berapa kali aku bilang?
Silahkan kamu datang dan menyapa kapanpun itu
Memang sudah seharusnya kan mematikan hati untuk kamu yang tak punya hati
Maaf , aku memang suka karna kamu selalu datang dengan cara yang berbeda
Tapi sayangnya segala polah tingkahmu mematikan segala rasa bahkan hatiku
Kali ini aku yang akan menjauh dari kamu
Dan kamu silahkan berada ditempat dengan perempuan yang kamu anggap tepat
Kalaupun harus bertahan , harus berapa lama lagi?
Harus belama lagi bertahan dalam status berteman padahal itu adalah pilihan terakhir agar tak lagi diabaikan
Awas yaa.. jangan tiba - tiba datang setelah menghilang
Karna aku bukan pelampiasan atau sebuah permainan
Belum pernah aku mencintai setabah ini
Menjadi saputangan yang menghapus sendiri kesedihannya
Aku sudah mengambil keputusan untuk melepasmu , jadi jangan pernah lagi kamu sentuh hatiku
Terima kasih atas cinta dan kasihmu
Mungkin ini terdengar klasik dan munafik , tapi tak apa , bisa melihat kamu bahagia itu sudah cukup


Minggu, 01 Desember 2013

#Rumah_Sunyi Senandung dilembah semesta



Pukul delapan pagi seberkas surya merangkak naik menyinari permadani
Gemericik air ditengah ladang memecah keheningan
Desiran angin sepoi – sepoi menggoyangkan ranting – ranting kecil dibatang pohon
Ayam masih berkokok saling bersahutan
Anak – anak burung pencakar langit berkicau berirama

Dibalik batu , puteri malu menampakkan pesonanya
Tersipu malu didekati sang elang
Hakikat Tuhan menciptakan semesta dengan untaian penuh kesan
Mengundang decak kagum dengan kata – kata yang tak mampu dibahasakan
Sebagai persembahan untuk seluruh umat disegala penjuru dunia

Namun apa gerangan yang terjadi hari ini , menit dan detik ini ?
Semua tak lagi sama dan jelas perbedaannya
Beberapa waktu yang lalu air dipantai pasir putih masih nampak berkilau jernih
Tapi hari ini sudah menjadi pucat abu – abu
Alam permai nan syahdu kini menjelma menjadi gugusan pelatara yang hampir sirna
Kilatan cahaya tampak buram nyaris padam

Aku mengerutkan dahi seakan tak meyakini
Duniaku berubah...
Ia dirundung pilu didera nestapa...
Bagai dihajar bencana dahsyat...
Suara gemuruh dari bangunan yang runtuh menambah kalut suasana
Gegunungan memuntahkan isi perutnya
Lahar mengalir membasmi daratan lepas
Meluluhlantakan bumi pijakan kami

Alamku terlindas tak berbekas
Hendak ku selamatkan tapi aku takut ikut termakan
Zamrud khatulistiwa tak lagi berwarna
Bak menginjak jutaan duri , mungkin seperti itulah rasanya tersakiti
Terpungkiri setelah dinikmati
Lantara perilaku manusia yang tak punya hati

Bumiku nyaris mati...

Si pencuri mencabik – cabik isi bumi
Merusak pijakan sampai ketatanan tanah paling dalam
Dari balik gundukan pasir , terlihat segerombolan semut merah keluar dari markasnya
Sepertinya marah pada mereka yang hobi menjarah
Mungkin gigitannya adalah satu bentuk pemberontakkan bahwa mereka tak rela tempat berteduhnya diacak – acak tak karuan

Miris nian duhai bumiku...

Beginikah akhirnya...
Aku harus menghirup udara keruh bercampur abu
Yang bisa kapan saja mematikanku saat rongga nafasku dipenuhi debu
Sementara dibawah sini , kakiku terkubur lumpur
Terpenjara harapan hampa
Bagai peri yang kehilangan tongkatnya...
Jelas terpampang ironi yang tak ada habisnya

Hening tak dapat kutemu lagi
Tak ada hari baru yang menenangkan juga menyejukkan
Rasa dahaga merasuk raga , tapi tak ada pelepasnya
Semua terasa pedas panas
Satu sama lain seperti saling mengacuhkan tak bersahabat

Aku rindu semestaku dulu...

Aku rindu akan semestaku yang mampu mengobati pilu
Bersabarlah wahai alam semesta...
Dan kita yang bukan siapa – sapa...
Tengoklah dibawah sana ada yang merintih kesakitan diinjak – injak hanya agar kita tetap bertahan

Dia berdarah terluka parah
Tergolek lemah , terombang – ambing tak tau arah
Tengok barang sebentar , tempat kita bersarang semakin diserang
Kenapa tidak kita selamatkan saja sebelum akhirnya alam memilih untuk tidur panjang...






#Rumah_Sunyi#Bait_Puisi

#Rumah_Sunyi Bukit empat mimpi




Sepeninggal malam , fajar menyingsing menjemput pagi
Mengusir senyap menghadirkan riuh gemuruh
Mengusikku yang masih terbaring diperaduan
Kuusir kantuk lalu kubulatkan mata dan pandanganku

Diatas sana cahaya orange memantul membias mega
Mengeringkan embun basah sisa – sisa hujan seperempat jam yang lalu
Dari kaca jendela , kulihat segerombolan anak berkerumun dibalik bukit dipulau ini
Sepertinya anak – anak itu sedang menatap pelangi yang muncul dari kejauhan
Mereka nampak bahagia menebar gelak tawa

Bicara bahagia aku pernah berada pada sepenggal cerita bersamanya
Merajut rasa melafal asa
Tapi dipersimpangan itu kita terpisah berbeda arah

Awal dari sejarah peristiwaku...
Kubuka gerbang yang telah sejak lama mengungkung langkahku
Satu tarikan nafas pertama dengan goresan kosong
Menghancurkan batu sandungan yang menghadangku yang sedang membawa sebongkah mimpi dan harapan
Aku menjadi pemandu ragaku menapakkan jejak pertama dititian panjang

Dalam sebuah mimpi kecilku terlukis jelas sebuah tempat persinggahan berornamen putih lengkap dengan bunga dan hiasannya
Berpenghuni sepasang muda – mudi bak pangeran dengan seorang puteri
Aku melambatkan derap langkahku
Kemudian melayangkan senyum tipis diujung bibir entah pada siapa
Ah... itu mimpi pertamaku...

Kembali kudaki dataran luas tak berpenghuni
Yang kudengar hanya nyanyian sumbang yang menggetarkan sukma jiwa
Angin semilir seraya menyindir
Menertawakanku yang layu menitih jalan bertalu – talu

Seperti kehilangan arah , kakiku tiba – tiba terhenti berhenti melangkah
Aku bertengger diberingin tua nyaris sesak tak bernafas
Ribuan guyuran hujan membasahiku yang hanya berbalut baju berwarna merah jambu
Ku ikat rambut ikalku dengan sebuah jepit rambut bermotif ukiran hati
Bagai burung yang baru saja terlepas dari sangkarnya

Aku ketakutan
Sunyi menyikap hati
Gundah mengundang resah
Duduk sendiri berkawan sepi demi sebuah harapan dan sepucuk mimpi

Tak sadar aku dibuat mimpi oleh dingin yang menjadi
Tepat dipersinggahan yang menjadi mimpi mungilku
Seseorang menghadiahiku sebuah bilik kosong berpenghuni buku dan sajak – sajak puisi
Disudut ruang itu tertulis Teruntuk penulis manisku berjemari lentik dengan sejuta kisah yang menggelitik
Sontak aku terbelalak menangis sejadi – jadinya

Tapi seperti ada yang menyentakku , memarahiku untuk tak terlena dan terpuruk lama – lama
Aku bergegas melanjutkan perjalananku dengan harapan akan sampai tepat diwaktunya
Jauh disebuah titik , bayanganmu menampakkan diri
Aku berlarian mengejar dan mencari dimana titik itu berotasi
Bak dilempar dengan kursi...
Aku tersungkur tak berarti , hampir mati...
Namun kupatri dalam hati , bahwa upayaku untuk meraih mimpi harus kudapati

Umpama harus menjadi debu , semangatku akan tetap menggebu
Meski dengan nafas yang kembang kempis tersengal – sengal
Ditambah airmata pilu dan peluh perjuangan bercampur menjadi satu

Aku menoleh ke sudut barat daya
Dibalik ilalang yang menjulang kudapati sebuah alat musik bertuts hitam dan putih teronggok tanpa pemusik
Kudekati , kuusap – usap lalu kucoba mainkan nada demi nada dengan ritmik yang menarik
Aku bertanya dalam hati...
Dibukit tak berpenghuni ini siapa yang memiliki benda berpenghasil suara tadi?

Mataku menatap nanar , aku melamun...
Dalam lamunanku puncak bukit nampak menyembul terbias cakrawala senja
Tapi diakhir langkahku menjemput mimpi mengapa badai tak jua turun dari tahta?
Mengapa halangan justru terasa semakin menikam dan mencoba membunuh segala usahaku?
Aku berusaha menelan masa lalu dan membawanya pergi agar segera ditelan samudera

Aku tertunduk bersujud dipusara bumi...
Kuteriakkan segala mimpi yang tertanam dihati
Kusuarakan semangat jiwa yang menggelora
Berharap dapat terdengar dari segala penjuru

Sisi lain ada yang menyeretku , menyulutkan lentera coba terangi jalanku
Tuhan... itukah Engkau?
Hadir membawa kesejukkan bagai oase ditengah hamparan gurun
Menghidupkan kembali sendi – sendi yang mulai meringkuk kaku

Namun masih dengan tertatih...
Langkah pemungkas masih terasa berat
Dan parahnya aku harus merangkak menuju puncak
Letih...  nyaris tak bernyawa...

Ku genggam erat rumput yang mengakar dibukit dimana aku merasakan segala sakit
Berharap ia membantuku menopang tulangku yang akan patah bertanding melawan tanah
Diseberang sana , tepat dipuncak bukit berjejer dua anak kecil berraut wajah sama persis
Dengan mata sayu lembut merajuk seolah siap menyambutku
Kudekati mereka , kusapa dan kubelai rambut hitamnya satu per satu

Yang satu menunjukkan ku kearah langit dengan telunjukknya
Kulihat pelangi berseri menyemai nurani diiringi arak – arak awan yang berkejar – kejaran
Yang satu lagi menunjukkanku kearah tepat dikaki bukit
Dan yang aku lihat disana hamparan lautan lepas dengan pantai yang kokoh melambai kerahku meminta agar aku menjadi kekasihnya

Pada puncaknya semua menandakan jika langkahku tidak akan terhenti mengikuti hingga batas langit mengakhiri
Mengarungi lautan melawan ombak yang siap menggulung semua mimpi
Hidup harus berlanjut dan tak boleh gugur diperjalanan
Kuangkat wajahku sedikit
Tersenyum manis dalam sebuah kemenangan

Dibawah senja , bersama Tuhan yang selalu menjadi penerang segala do’a dan pengharapan
Aku masih disini , menunggumu menahkodai kapal , berlayar lantas kembali kedermaga disisi bukit yang kusebut “ Bukit Empat Mimpi  “



#Rumah_Sunyi#Bait_Puisi



Selasa, 26 November 2013

Lagi... Tentang kita


Ini bukan yang pertama , duduk sendirian dan memperhatikan beberapa tulisan berlalu - lalang . Setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat , dan entah mengapa sosokmu selalu berada disana . Berdiam dalam tulisan yang sebenarnya enggan aku baca dan kudefinisikan lagi . Ini bukan yang baru bagiku , duduk berjam - jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat . Kekosongan dan kehampaan sudah berganti - ganti wajah sejak tadi , namun aku tetap menundukmencoba tak memperdulikan keadaan . Karna jika aku terlalu terbawa emosi , aku bisa mati iseng sendiri .

Tentu saja kamu tak merasakan apa yang aku rasakan , juga tak memiliki rindu yang tersimpan rapat - rapat . Aku sengaja menyembunyikan perasaan itu , agar kita tak lagi saling mengganggu . Bukankah dengan berjauhan seperti ini semua terasa jadi lebih berarti? Seakan -akan aku tak pernah peduli , seakan - akan aku tak mau tau , seakan -akan aku tak memiliki rasa perhatian . Bagiku , sudah cukup seperti ini , cukup aku dan kamu , tanpa kita .

Kali ini aku tak akan menjelaskan tentang kesepian , aku bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kamu pahami . Karna aku sudah tau , kamu sangat sulit diajak basa - basi , apalagi jika berbicara soal cinta mati . Aku yakin kamu akan menutup telinga dan dan membesarkan volume lagu - lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tak bisa kamu terjemahkan sendiri . Aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita - cerita absurd yang selalu kamu benci . Seperti dulu , saat aku berbicara cinta , kamu malah tertawa . Seperti saat kita masih bersama . Aku berkata rindu namun kamu menulikan telinga . 

Hanya cerita sederhana yang tak ingin kamu dengar sebagai pengantar tidurmu . Kamu tak suka jika kuceritakan tentang airmata bukan? Bagaimana jika kualihkan airmata menjadi senyum pura - pura? Tentu saja kamu tak mau melihatnya . Sejauh yang aku tau kamu selalu memasabodohi sikapku .

Entah mengapa akhir - akhir ini sepi sekali . Aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri . Namun , aku masih saja heran , dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan . Ini tentang kita... Ah sekarang kamu pasti sedang membuang muka tak ingin membuka luka lama . Akupun juga begitu , tak ingin menyentuh bayang - bayangmu yang samar , tak ingin mereka - reka senyummu yang tak seindah dulu . 

Kalau boleh jujur , kata " dulu " begitu akrab diotak , pikiran dan telingaku . Seperti ada sesuatu yang terjadi , sangat dekat , sangat mendalam , sampai - sampai tak mampu terhapus begitu saja oleh angkuhnya waktu dan jarak . Sudah kesekian kali , aku diam - diam menyebut namamu dalam sepi dan membiarkan kenangan terbang mengikuti gelitik manja angin ; tertiup jauh namamu mungkin akan kembali .

Wajah baruku bisa kamu lihat sendiri kan? terlihat lebih baik dan lebih hangat daripada saat awal perpisahan kita . Bicara tentang perpisahan , benarkan memang kita telah berpisah? Benarkah kita sudah saling melupakan? Jika memang ada kata " saling " mengapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? Dan mengapa saat ini kamu tak benar - benar menjauh? Kadang jarak tak menjadi alasan untuk kita saling berbagi . Dalam serba ketidakjelasan , aku dan kamu masih saja menjalani... menjalani sesuatu yang tak harus disebut apa . 

Tidak usah dibawa serius , hanya beberapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah lama sekali datang menghantui . Sejak kamu tak lagi disini . Sejak kamu memilih jalan sendiri , aku malah sering main dengan sepi . Sulit untuk dipungkiri .








Dwitasari_

Senin, 25 November 2013

Selanjutnya kita...


Malam ini , semua tampak lebih berwarna . Aku sudah melakukan banyak hal sendirian , melatih kemandirian . Mungkin , kamu akan terkejut melihat perubahanku , kamu akan menggeleng lebih lama sambil mengamati gerak - gerikku . Aku sudah berbeda sekarang . Atau kalau boleh dibilang , bukan hanya aku , kamu juga berbeda sekarang . Seiring waktu berjalan , semua berubah tanpa persetujuan kita . Tiba tiba saja aku sudah menjadi seperti ini . Dan kamu sudah tak lagi disini . 

Akhirnya , ya memang akhirnya , karna tak akan ada lagi yang terulang . Hari - hari yang dulu aku dan kamu lalui seperti gelembung basah yang sangat mudah pecah . Realita , berbicara lebih banyak , sementara aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh . Apalagi mengharap semua yang telah terjadi bisa terulang kembali . Jika dulu kita begitu manis , entah mengapa sekarang berubah jadi miris . Memang hanya persepsiku saja yang melebih - lebihkan segalanya . Mengingat perpisahan kita yang sulit untuk ditebak sampai aku muak mencari - cari yang kurasa hilang .

Begitu banyak mimpi yang ingin kita wujudkan , kita ceritakan dengan sangat rapi dalam setiap bisikan malam , adakah peristiwa itu tersimpan dalam ingatanmu? Aku berusaha menerima , kita semakin dewasa dan berubah dalam segala . Tapi salahkah aku jika kuinginkan kamu duduk disini , mendekapku sebentar dan kembali menceritakan mimpi - mimpi kita yang lebih dulu rapuh sebelum sempat terwujudkan?

Aku berusaha untuk benafas tanpamu . Nampaknya semua berhasil dan berjalan baik - baik saja . Tapi diluar dugaanku , setiap malam - malam begini kamu sering kembali dalam ingatan , berkeliaran . Pikiranku masih ingin menjadikanmu sebagai topik utama , dan hatiku masih mau membiarkanmu berdiam lama - lama disana . Aneh memang jika aku sering memikirkanmu yang tak pernah memikirkanku . Menyakitkan memang jika harus terus mendewakan kenangan hanya karna masa lalu terlalu kuat untuk dihancurkan .

Beginilah kita sekarang , wahai kamu seseorang bermata sipit . Tak lagi saling bersapa , tak lagi saling bertukar kabar . Semua seperti dulu , ketika kita tak saling mengenal , segalanya terasa asing . Kosong . Apapun yang kita lakukan dulu seperti terhapus begitu saja oleh masa . Hari berganti minggu , minggu segera beranjak menjadi bulan bahkan tahunan , sejak saat itu jantung kita tak lagi mendenyutkan rasa yang sama . 

Dengarkan aku , duhai kamu yang menjadi penambang rindu dihatiku . Inilah kita yang sekarang , berusaha melupakan yang disebut kenangan . Berusaha melawan ketakutan yang disebabkan perpisahan . Siapapun yang lebih dulu berhasil melupakan tak menjamin semuanya benar - benar hilang . 

Aku punya kejutan untukmu , sekarang aku begitu menekuni cita - cita kecilku menjadi seorang penulis . Dan kamu masih tetap menjadi pemeran utama bersama kisah kita ditulisan ini . Adakah kejutan yang ingin kamu tunjukkan padaku?









Dua belas agustus dua ribu dua belas
Dwitasari_

Seratus empat puluh karakter


Untukmu si tokoh utama tulisanku ,

Mungkin kamu sudah baca tulisanku mengenai kesedihan yang pasti kamu fikir terlalu dilebih - lebihkan . Mungkin kamu bertanya mengapa aku begitu mudah menikmati perasaan sedihku kedalam tulisan? Benar kan? Lalu dalam hati kamu akan mengatakan " Dewasalah sayang , seharusnya setelah aku tinggalkan itulah kesempatan kamu bisa belajar banyak hal " Begitu kan?

Jangan dikira aku tidak tau kalau kamu sering membaca tulisanku , pasti diam - diam kamu memperhatikan curahan hati diblogku .Dan saat jam - jam segini kamu sering mengintip akun facebook ku , mencari - cari adakah sosokmu dalam rintihan kegalauanmu? 

Diponsel jadul yang ada disamping laptopku ini , yang hanya bisa menerima telepon dan membaca pesan singkatmu , ada banyak kenangan yang tak bisa kulupakan . Jangan dikira aku sudah melupakanmu . Diponsel ini masih ada pesan singkatmu , masih ada nomor kontakmu . Sayang , kamu pun sebenarnya rapuh kan? Tapi kamu tidak seperti aku yang bisa dengan mudah menunjukkan kerapuhanku pada dunia . Aku yakin kamu tidak akan seperti itu , karna kamu laki - laki dan kamu dituntut untuk menerima semua rasa sakit tanpa harus menunjukkan airmata . Aku memahami itu sayang . Aku juga takkan menyalahkanmu karna perpisahan ini . 

Sebenarnya aku sangat ingin memelukmu kala itu , namun aku takut pada ratusan pasang mata yang menyorot kita . Aku takut dandananku yang lusuh mengotori bajumu dan aku takut aroma tubuhku yang tidak beraroma parfum seperti tubuhmu akan merusak aroma wangi tubuhmu . 

Aku memang kecewa saat kamu memutuskan meninggalkan aku . Tapi aku fikir mungkin saat itu , itulah hal yang terbaik . Jika hal itu tidak terjadi pun aku belum merasa siap menghadapi gemerlapnya kamu . Pasti kamu juga tidak siap menjadi pendampingku . Menjadi kekasih yang kisahnya selalu aku bawa dalam tulisanku . Menjadi kekasih yang kuat begadang dan sedikit mampu membaca fikiranmu . 






Wahai tuan yang menjadi penyebab galauku diseratus empat puluh karakter , meskipun kita tak lagi bersama , maukah kamu sering - sering datang kesini? Supaya kamu tau apa yang sesungguhnya aku cari selama ini? Aku tidak hanya menginginkan kisah kita menjadi bahan tulisanku tapi memang benar adanya , aku menyayangimu .






Dari aku sii gadis yang suka bergalau ria dan kadang tak tau diri _

Sabtu, 23 November 2013

Sepi


Seperti biasanya minggu malam agaknya menjadi malam yang sedikit panjang
Aktifitas dari beberapa orang masih terus berjalan hingga selarut ini
Kupandangi seberang jalan tepat dikostan ku tercinta
Dari balik jendela kamar kudapati beberapa pasang muda - mudi nampak bergandengan tangan 
Dengan raut wajah yang berseri seakan begitu menikmati malam yang menurutku kian sepi

Disudut kanan tepat disamping rumah tinggal sementaraku beberapa putra dan putri sedang asyik berbincang sembari memainkan gitar yang mereka petikan kemudian bernyanyi riang
Aku turut menikmatinya , meskipun sesekali aku juga merasa terganggu
Hiruk pikuk kota yang kutinggali ini semakin malam semakin riuh gemuruh
Entah itu suara kendaraan roda dua maupun roda empat , pun suara teplakan sandal pejalan kaki yang ikut menyemaraki

Jarum jamku menunjukkan lewat tengah malam
Tapi masih saja ada yang mereka lakukan diluar sana
Dihamparan langit malam kota ini ada yang menyembul keluar mengintip malu - malu
Dia rembulan...
Nampaknya dia sedang menertawakanku yang hanya duduk seorang diri diujung malam dengan bintang gemintang
Aku tersipu malu lantas kutundukkan pandanganku 

Memang benar , malam ini dan beberapa hari sebelum malam ini aku sedang dirundung sepi
Kehampaan begitu terasa menyelimuti
Bukan aku tak berteman , hanya saja aku merasa bosan
Aku memandangi temanku yang sudah terlelap sejak tadi , sepertinya ia tertidur pulas
Aku sendiri kebingungan , mengapa sampai lewat tengah malam aku belum juga terpejam

Mataku masih saja bundar , tanpa kantuk sedikitpun
Aku fikir minggu malam ini tak banyak arti
Sebabnya hatiku belum terisi dan terasa sepi
Jejangkrik yang biasanya mengikrikpun tak malam ini tak kudengar suaranya
Yang ada hanya semilir angin yang setia menemaniku 

Aku mengambil mantel rajutan ibuku yang berwarna merah jambu
Kubalutkan ditubuhku yang mulai merasa beku
Dengan harapan dinginku akan segera berlalu
Lagi - lagi aku tak kunjung berhasil mengendalikannya
Aku beranjak dari kamarku kemudian berjalan menuju dapur lalu membuat secangkir kopi hangat
Kunyalakan televisi sembari menikmati kopi khas buatanku

Sunyi semakin terasa dan sepi kian menghampiri
Kuredupkan lampu ruang tengahku 
Kubaringkan tubuhku disofa empuk itu
Kucoba paksa untuk memejamkan mata
Kututupi setengah badanku dengan selimut baruku

Terasa hangat dan kantukku menggelayut rindu
Sejenak aku terpejam 
Tanpa ada siapa - siapa disampingku
Sepi sendiri seorang diri

Sang bayu kapan engkau akan datang menemani senja yang bertabur jingga manis...
Siapapun kamu selalu kutunggu dipusara rinduku...
Segeralah , sebelum hatiku yang hampa tergerus masa...







Minggu ketiga dibulan november , sembari menikmati alunan suara dikomedi putar yang belum juga usai

Puisi ketiga yang dipesan seorang sahabat.... 

Selamat membaca....

Jumat, 22 November 2013

Pertemuan singkat


Aku duduk diantara dua kursi merah yang basah karna diguyur gerimis yang entah berapa banyak jumlahnya 
Yang pasti jutaan ribu gerimis itu mampu membasahi pohon tua tepat disampingku dimana aku duduk seorang diri menantimu
Aku yang berlindung dibawah payung pun turut merasakan kedinginan yang sangat
Disana , aku berteman sepi dengan deru angin yang sesekali memontang - mantingkan rambut ikalku
Aku menggigil dingin sayang...

Betapa aku begitu mengharapkanmu muncul dari ujung jalan itu
Mataku terus menatap nanar meski kabut pekat berusaha menghalangi pandanganku
Aku masih tetap setia duduk manja disudut bangku kayu

Semenjak pertemuan singkat kita beberapa minggu yang lalu aku terus memikirkanmu
Entah pandangan pertama itu serasa membiusku untuk larut dalam semua angan tentangmu
Kamu berhasil membuatku tak berdaya
Tatapan mata itu kian mengganggu daya ingatku
Seolah meronta meminta agar aku tak meluputkanmu dari fikiran juga benakku

Pertemuan kita yang begitu singkat entah mengapa mampu membuat aku terpikat
Dari hitungan hari yang telah berlalu semuanya genap menyimpan memori namamu
Sayang... aku menunggumu...
Aku menantimu berharap kita akan dapat bertemu kembali

Tentang percakapan kita seminggu setalah kita bertemu
Masih segar ditelingaku ketika perkataan akan sebuah kekagumanmu terhadapku
Awalnya aku ragu , tapi aku rasa itu sebuah pertanda mungkin kamu memiliki rasa yang sama
Dari hari kehari yang aku lalui , semuanya sungguh mampu membuatku berbinar
Bahkan aku serasa diingatkan kembali pada masa dimana aku sedang jatuh hati

Tapi sayaaaang... Mengapa tiba - tiba kamu menghilang tak bersua?
Kenapa disaat - saat aku sedang terbang tinggi tiba - tiba kamu patahkan sayapku?
Sayang , lihat aku yang jatuh dan terhempas...
Pipiku baru beberapa hari belakang ini tampak merona
Dan senyumku yang belum lama tersunging
Mengapa kamu tega melenyapkan semua
Pergi menghilang tanpa sedikitpun kabar yang menyapa

Lalu bagaimana dengan aku yang terlanjur menaruh hati padamu?
Kamu... seseorang yang aku anggap berarti nyata - nyatanya pergi tanpa arti
Kamu... seseorang yang aku nanti kini hilang dari hati
Dan kamu sii pencuri hati , selamat karna telah berhasil mempermainkan hatiku
Dan teruntuk kamu seseorang yang pergi tanpa meninggalkan alasan yang jelas , aku harap jika waktunya nanti kamu sudi kembali semoga aku belum berpindah kelain hati...








Puisi permintaan seorang sahabat... Selamat membaca !




Kamis, 21 November 2013

Cinta dalam diam


Saben hari , disiang bolong begini sering kali bayangmu menemui
Mulai dari hanya melintas cepat difikiran hingga meliuk - likuk terbang dalam angan
Terlebih jika senja mulai merangkak pelan menuju malam dimana aku biasa terbaring diperaduan seorang diri
Kadang aku sebal , karna sosokmu datang tak kenal waktu
Sempat terlintas dibenakku yang penuh tanya bagaimana caranya membunuh bayangmu yang kian mengganggu
Tapi itu mustahil , karna segala tentangmu telah berhasil membuatku jatuh cinta dalam diam
Dan karna kamulah penyebab mengapa aku rindu

Sembari tiduran diranjang tepat dikamar mungilku , aku memainkan ponselku
Berbalut rindu yang kian menusuk kalbu yang mulai tersapu oleh dingin yang membeku
Rasanya ingin sekali mengirimkan sebuah pesan pendek barang hanya menanyai kabarmu atau sekadar basa - basi 
Sering juga ingin menghubungimu , bercakap berlama - lama diujung telepon hingga kantukku menjemput
Entahlah , tapi aku sendiri tak punya nyali 
Aku takut pesan dan panggilanku kamu abaikan
Aku takut kamu tidak mempunyai rasa yang sama lantas segala tentangku kamu acuhkan

Ini bukan kali pertamanya aku merasakan jatuh cinta
Namun nampaknya kali ini ada yang berbeda 
Cinta untukmu membelenggu disudut kalbu
Dia : cinta ku enggan menampakkan dirinya
Mungkin malu , mungkin juga ragu
Sebabnya apa aku juga tak tau

Dan semakin hari semakin terasa perbedaannya
Saat aku berhasil curi - curi pandang lewat akun jejaring sosialmu , diberanda dimana kamu biasa ada
Disitulah aku bisa dengan leluasa memandangi rupa dengan segala aktifitasmu 
Aku sendiri heran mengapa pipiku begitu merona  memerah jambu lantas tersipu malu saat kamu menyapaku entah lewat kata pun dengan senyuman
Apa itu kalau bukan cinta?
Sebegini parahnya kah aku menggilaimu? 
Hingga sosokmu belum juga temaram dan masih selalu hadir difikiran

Aku tak habis fikir , mengapa cintaku begitu tak tau malu lalu dengan lugu berhasil membelenggu sikap dan celotehku
Yaaa... sekali lagi aku hanya bisa diam terpaku , menunggu waktu berbaik hati padaku
Tapi mustahil jika tanpa bicara aku akan tau bahwa disini aku merinduimu dalam diamku
Tapi untuk kesekian kalinya aku katakan bahwa aku malu
Aku yakini selama kita masih berada dibawah langit yang sama Tuhan pasti akan membantuku dengan cara yang Ia punya
Membantuku menyudahi cintaku yang hanya dalam diam kemudian membuatnya menjadi nyata seperti khayalku yang senantiasa menghiasi malam - malam

Semoga saja...





Untuk kamu , sosok yang hanya bisa aku kagumi dalam diam

Untuk kamu , laki - laki yang berhasil mereggut perhatianku

Untuk kamu , sosok yang selalu aku hadirkan titiap mimpi malam

Dan untuk kamu , seseorang yang yang selalu aku rindukan diujung penantian









Dibuat sesuai permintaan seorang teman yang nampaknya sedang berada  dititik mengagumi dalam diam 
 Semoga suka sama puisinya... 




Aku tak berhak meminta lebih...




Dengar...
Aku tidak perlu menjelaskan pada mereka bahwa kita pernah punya masalalu . Bukan aku tak mau mengakui . Hanya saja masalalu bukan hal yang pantas untuk diungkit . Terlebih yang aku dan kamu dapat hanyalah sakit . 

Disana kita pernah punya cerita yang aku sebut kenangan bersama kamu yang kini hilang dari pandangan . 
Aku menengok kekiri kamu sudah pergi . Aku menengok kekanan yang kurasakan hangatnya bekas rangkulan . 

Tapi hanya kamu yang mengantarkan obat saat aku sedang demam . Diselipkan lewat jendela , meski kita tak bisa bertatap muka .
Yang membuat lebih baik bukan obatnya , tapi kamunya .

Lalu bagaimana? Ini bukan sengaja . Selalu saja ada hal atau barang yang kutemui dijalan kemudian mengingatkankan ku pada potongan - potongan kenangan yang pernah kita lakukan . 

Dan hari ini , apakabar kamu cinta pertama? Kadang aku rindu dengan kisah kita yang lugu . Potongan - potongan gambar kamu yang sedang ngambek karna cemburu . Berapa lama ingatan ini akan lapuk? Setelah kepergianmu , rindu tiada henti memeluk . 








Betapa aku takut kehilangan seseorang yang tidak takut kehilanganku , juga merindukan seseorang yang tak merindukanku

Aku tak berhak meminta lebih...

Sabar seperti apa lagi yang kamu mau? 

Peduli yang sedalam kamu lagi yang kamu inginkan?

Bukan ingin berhenti memperjuangkanmu , aku hanya berfikir lebih jauh . Jika kamu aku perjuangkan , akankah kita bahagia?

Ada beberapa sinyal yang harus kupahami dari awal 

Sepertinya aku harus kembali mundur dan mengalah . Entah untuk yang keberapa . Dimatamu , mungkin aku bukan siapa - siapa .

Jam segini dipagi ini , ada yang masih menatap handphone . Enggan beranjak sebelum kabarmu hinggap . Dia merindukanmu . Dia adalah aku....

Aku menganggapmu segalanya . Tapi kamu menganggapku biasa - biasa saja....

Jika kamu saja dengan begitu mudah melepaskan aku , harusnya aku tak perlu begitu sulit melupakanmu . 





Dipagi rindu , 

Untuk kamu yang selalu manis dalam banyak hal...